Kekalahan Presiden Pengklaim Berkuasa 1 Miliar Tahun Disambut Rakyat Gambia

Sabtu, 03 Desember 2016 - 06:33 WIB
Kekalahan Presiden Pengklaim...
Kekalahan Presiden Pengklaim Berkuasa 1 Miliar Tahun Disambut Rakyat Gambia
A A A
BANJUL - Pemimpin Republik Islam Gambia Yahya Jammeh, yang pernah bersumpah akan memerintah negara di Afrika Barat itu selama “satu miliar tahun” mengakui kekalahan dalam pemilu presiden. Kalahnya presiden yang sudah berkuasa selama 22 tahun itu disambut rakyat Gambia.

Jammeh mengakui kalah dalam persaiangan dengan rivalnya, Adama Barrow, dari koalisi oposisi. ”Jika (Barrow) ingin bekerja dengan kami, saya tidak punya masalah dengan itu. Saya akan membantunya bekerja menuju transisi,” ujar Jammeh, dalam pidato hari Jumat terkait kekalahannya dalam pemilu presiden, seperti dikutip Reuters, Sabtu (3/12/2016).

Jammeh berencana untuk beralih menggarap ladangnya setelah serah terima jabatan dan meninggalkan kantor presiden Januari 2017 mendatang. Jammeh telah mengubah Gambia dari negara sekuler menjadi negara Islam dengan nama Republik Islam Gambia pada 2015 lalu.

Presiden Jammeh pernah jadi sorotan media internasional karena bebeberapa klaim sensasional. Di antaranya, mengklaim akan memerintah Gambia selama 1 miliar tahun dan mengklaim menemukan obat anti-AIDS. Jammeh juga pernah mengancam akan memenggal pelaku homoseksual yang memicu keprihatinan negara-negara Barat.

Tak lama setelah Jammeh mengaku kalah, perayaan pecah di jalan-jalan di Ibu Kota Banjul. “Kita bebas, kita tidak akan menjadi budak dari siapa pun,” teriak sejumlah warga Gambia sembari mengibarkan bendera negara dan simbol-simbol oposisi.

Hasil resmi dari Komisi Pemilu Gambia menunjukkan bahwa Barrow, seorang pengembang real estate yang pernah bekerja sebagai penjaga keamanan di London, menang dengan perolehan suara 45,5 persen. Sedangkan Jammeh meraih 36,7 persen suara.

Sikap Jammeh yang rela menyerahkan kekuasaan dengan damai itu dipuji warganya. ”Kepala negara Afrika jika mereka kalah harus mengambil contoh dari Jammeh dengan meninggalkan kantor secara terhormat,” kata Lamin Joof, seorang guru yang merayakan hasil pemilu di Banjul.

”Saya tidak pernah bermimpi, bahwa saya percaya dia akan mengakui (kekalahan). Rasanya hampir bagus untuk menjadi kenyataan,” kata Ramzia Diab, seorang anggota kubu oposisi yang melarikan diri ke Senegal setelah mendapatkan ancaman pembunuhan.

Jammeh sepekan sebelum pemilu digelar, mengatakan bahwa hanya Tuhan yang bisa menyingkirkannya dari kekuasaan.”Presiden dan kekuasaan berada di tangan Allah dan hanya Allah yang dapat mengambilnya dari saya,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9824 seconds (0.1#10.140)