Pertama Kalinya, Raja Baru Thailand Tampil di Hadapan Publik
A
A
A
BANGKOK - Raja baru Thailand tampil di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak naik takhta pada Kamis kemarin. Hal ini sekaligus mengakhiri kekosongan tahta kerajaan sejak kematian ayahnya Raja Bhumibol Adulyadej pada 13 Oktober lalu.
Maha Raja Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun, turut ambil bagian dalam sebuah upacara di Bangkok Grand Palace yang menandai 50 hari kematian ayahnya. Sejumlah pegawai negeri berpakaian hitam dan putih, warna resmi untuk berkabung, berbaris di jalan-jalan menuju Istana saat konvoi raja melewatinya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/12/2016).
Maha Raja Vajiralongkorn, yang saat itu putra mahkota, terkejut beberapa saat ia diminta untuk menunda suksesi setelah kematian ayahnya. Hal itu menyebabkan takhta kerajaan kosong selama tujuh minggu.
Pengangkatan Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun untuk naik takhta dilakukan dalam sebuah upacara singkat yang disiarkan langsung stasiun televisi. Peristiwa ini sekaligus mengakhiri peralihan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memunculkan pertanyaan terkait hubungan kerajaan dengan para jenderal yang telah berkuasa sejak kudeta 2014.
Pemerintah militer jelas-jelas menyatakan ingin mengawasi perkembangan ekonomi dan politik selama tahun-tahun yang akan datang, bahkan setelah pemilihan umum pada tahun 2017. Sejak mengambil alih kekuasaan pada 2014, junta militer telah berjuang untuk menghidupkan kembali ekonomi yang tertatih-tatih oleh ekspor yang lemah dan permintaan domestik yang kendur.
"Thailand tetaplah negara dengan politik yang rapuh dan masih harus dilihat bagaimana Raja yang baru menavigasikan kapal diatas perairan yang tidak tenang," ucap seorang diplomat senior Barat yang berbasis di Bangkok, yang menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah ini, kepada Reuters.
Thailand adalah monarki konstitusional, tetapi istana adalah salah satu lembaga yang paling berpengaruh. Kritik terhadap raja, wali atau pewaris, dikenal dengan istilah Prancis lese majeste, adalah kejahatan yang berujung hukuman penjara hingga 15 tahun di Thailand.
Maha Raja Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun, turut ambil bagian dalam sebuah upacara di Bangkok Grand Palace yang menandai 50 hari kematian ayahnya. Sejumlah pegawai negeri berpakaian hitam dan putih, warna resmi untuk berkabung, berbaris di jalan-jalan menuju Istana saat konvoi raja melewatinya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/12/2016).
Maha Raja Vajiralongkorn, yang saat itu putra mahkota, terkejut beberapa saat ia diminta untuk menunda suksesi setelah kematian ayahnya. Hal itu menyebabkan takhta kerajaan kosong selama tujuh minggu.
Pengangkatan Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun untuk naik takhta dilakukan dalam sebuah upacara singkat yang disiarkan langsung stasiun televisi. Peristiwa ini sekaligus mengakhiri peralihan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memunculkan pertanyaan terkait hubungan kerajaan dengan para jenderal yang telah berkuasa sejak kudeta 2014.
Pemerintah militer jelas-jelas menyatakan ingin mengawasi perkembangan ekonomi dan politik selama tahun-tahun yang akan datang, bahkan setelah pemilihan umum pada tahun 2017. Sejak mengambil alih kekuasaan pada 2014, junta militer telah berjuang untuk menghidupkan kembali ekonomi yang tertatih-tatih oleh ekspor yang lemah dan permintaan domestik yang kendur.
"Thailand tetaplah negara dengan politik yang rapuh dan masih harus dilihat bagaimana Raja yang baru menavigasikan kapal diatas perairan yang tidak tenang," ucap seorang diplomat senior Barat yang berbasis di Bangkok, yang menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah ini, kepada Reuters.
Thailand adalah monarki konstitusional, tetapi istana adalah salah satu lembaga yang paling berpengaruh. Kritik terhadap raja, wali atau pewaris, dikenal dengan istilah Prancis lese majeste, adalah kejahatan yang berujung hukuman penjara hingga 15 tahun di Thailand.
(ian)