Turunkan Bendera Merah Putih di Wilayah Indonesia, PNG Minta Maaf
A
A
A
JAKARTA - Militer Papua Nugini (PNG) telah meminta maaf kepada pemerintah Indonesia atas penurunan bendera Merah Putih di Papua, Indonesia, pada Agustus 2015 lalu. PNG keliru dan menyangka wilayah di perbatasan itu merupakan wilayah mereka.
Angkatan Laut Indonesia juga melakukan kesalahan dengan membangun dermaga di wilayah PNG pada 2010 lalu karena mengira wilayah itu merupakan bagian dari Indonesia. Para pejabat militer kedua negara telah menyelesaikan kasus luar biasa yang berkaitan dengan kekeliruan wilayah di sekitar perbatasan.
Menurut laporan yang dikutip dari RNZ, Jumat (18/11/2016), militer kedua negara menyelesaikan kasus tersebut pada pertemuan keamanan di Port Moresby.
Pejabat Angkatan Pertahanan PNG, Kolonel Eddie Yodu, mengatakan bahwa militer PNG mengakui keliru dalam mengidentifikasi penanda perbatasan internasional dari posisi 141 meridian awal di Sungai Torassi. Penanda asli perbatasan itu hanyut akibat banjir pada 2011.
Tentara PNG kemudian membangun penanda pengganti tanpa berkonsultasi dengan petugas teknis sub-komite bersama Indonesia untuk survei perbatasan dan demarkasi. Sub-komite telah mengkonfirmasi tanda batas yang baru harus dibangun di lokasi aslinya, di bawah pengawasan.
Menurut Kolonel Yodu, Indonesia juga membuat kesalahan dengan membangun dermaga di sekitar perbatasan yang masuk wilayah PNG. Pihak Indonesia telah diminta menghilangkan dermaga itu dan disarankan membangun di wilayah sendiri.
Kolonel Yodu menambahkan, meskipun penduduk desa di perbatasan merupakan penduduk asli PNF, pemerintah Indonesia tetap menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk mereka.
Angkatan Laut Indonesia juga melakukan kesalahan dengan membangun dermaga di wilayah PNG pada 2010 lalu karena mengira wilayah itu merupakan bagian dari Indonesia. Para pejabat militer kedua negara telah menyelesaikan kasus luar biasa yang berkaitan dengan kekeliruan wilayah di sekitar perbatasan.
Menurut laporan yang dikutip dari RNZ, Jumat (18/11/2016), militer kedua negara menyelesaikan kasus tersebut pada pertemuan keamanan di Port Moresby.
Pejabat Angkatan Pertahanan PNG, Kolonel Eddie Yodu, mengatakan bahwa militer PNG mengakui keliru dalam mengidentifikasi penanda perbatasan internasional dari posisi 141 meridian awal di Sungai Torassi. Penanda asli perbatasan itu hanyut akibat banjir pada 2011.
Tentara PNG kemudian membangun penanda pengganti tanpa berkonsultasi dengan petugas teknis sub-komite bersama Indonesia untuk survei perbatasan dan demarkasi. Sub-komite telah mengkonfirmasi tanda batas yang baru harus dibangun di lokasi aslinya, di bawah pengawasan.
Menurut Kolonel Yodu, Indonesia juga membuat kesalahan dengan membangun dermaga di sekitar perbatasan yang masuk wilayah PNG. Pihak Indonesia telah diminta menghilangkan dermaga itu dan disarankan membangun di wilayah sendiri.
Kolonel Yodu menambahkan, meskipun penduduk desa di perbatasan merupakan penduduk asli PNF, pemerintah Indonesia tetap menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk mereka.
(mas)