Duterte Sebut AS Monyet setelah Tolak Jual Senjata pada Filipina
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam Amerika Serikat (AS) dengan menyebutnya sebagai “monyet” setelah negara tersebut menolak menjual 26 ribu senapan kepada Filipina seperti rencana semula. Duterte mengatakan Manila bisa berpaling ke Rusia atau China untuk mendapatkan pasokan senjata.
”Lihatlah monyet ini, 26 ribu senjata api ingin kita beli, mereka tidak ingin menjual,” kata Duterte dalam pidato yang disirakan stasiun televisi Filipina pada hari Rabu (2/11/2016).
”Anak pelacur, kami memiliki banyak senjata buatan sendiri di sini. Ini Amerika yang bodoh,” katanya lagi seperti dikutip Reuters.
Menurut Presiden Duterte, Filipina bisa menemukan pasokan senjata dari negara lain jika AS menolak untuk bekerjasama.
”Rusia, mereka mengundang kita. China juga. China terbuka, apa pun yang Anda inginkan, mereka mengirimi saya brosur dan mengatakan kita bisa memilih di sana,” ujarnya. ”Tapi saya menunda.”
Pemimpin Filipina ini memiliki reputasi untuk menjelek-jelekkan orang Amerika dengan ucapan kotor. Alasannya, AS sudah memperlakukan dirinya secara kasar.
Duterte mengaku bahwa dulu dia memiliki kepercayaan terhadap Washington. Namun, baru-baru ini dia kehilangan rasa hormat pada Amerika.
Filipina dan AS sudah lebih dari 60 tahun bersekutu. Namun, Duterte mulai mengumbar rasa tidak sukanya pada AS setelah Washington mengkritik perang melawan narkoba yang memakan banyak korban jiwa.
Departemen Luar Negeri AS menghentikan penjualan senapan serbu M4 ke polisi Filipina setelah Senator Demokrat Ben Cardin berjanji untuk menentang langkah penjualan senjata tersebut. Senator itu mengecam pelanggaran HAM dalam perang melawan narkoba di Filipina yang dikobarkan Duterte.
”Lihatlah monyet ini, 26 ribu senjata api ingin kita beli, mereka tidak ingin menjual,” kata Duterte dalam pidato yang disirakan stasiun televisi Filipina pada hari Rabu (2/11/2016).
”Anak pelacur, kami memiliki banyak senjata buatan sendiri di sini. Ini Amerika yang bodoh,” katanya lagi seperti dikutip Reuters.
Menurut Presiden Duterte, Filipina bisa menemukan pasokan senjata dari negara lain jika AS menolak untuk bekerjasama.
”Rusia, mereka mengundang kita. China juga. China terbuka, apa pun yang Anda inginkan, mereka mengirimi saya brosur dan mengatakan kita bisa memilih di sana,” ujarnya. ”Tapi saya menunda.”
Pemimpin Filipina ini memiliki reputasi untuk menjelek-jelekkan orang Amerika dengan ucapan kotor. Alasannya, AS sudah memperlakukan dirinya secara kasar.
Duterte mengaku bahwa dulu dia memiliki kepercayaan terhadap Washington. Namun, baru-baru ini dia kehilangan rasa hormat pada Amerika.
Filipina dan AS sudah lebih dari 60 tahun bersekutu. Namun, Duterte mulai mengumbar rasa tidak sukanya pada AS setelah Washington mengkritik perang melawan narkoba yang memakan banyak korban jiwa.
Departemen Luar Negeri AS menghentikan penjualan senapan serbu M4 ke polisi Filipina setelah Senator Demokrat Ben Cardin berjanji untuk menentang langkah penjualan senjata tersebut. Senator itu mengecam pelanggaran HAM dalam perang melawan narkoba di Filipina yang dikobarkan Duterte.
(mas)