Protes Resolusi Yerusalem, Israel Panggil Dubesnya di UNESCO
A
A
A
YERUSALEM - Israel memanggil duta besarnya untuk UNESCO untuk berkonsultasi setelah badan budaya PBB itu mengadopsi resolusi Yerusalem kedua dalam dua minggu terakhir. Para pemimpin Israel mengatakan UNESCO telah mengabaikan hubungan Yudaisme dengan salah satu situs suci di Yerusalem.
Berdasarkan sebuah teks yang berasal dari pejabat Palestina, resolusi yang diadopsi oleh UNESCO mengakui kompleks di Kota Tua Yerusalem hanya milik umat Muslim. Kompleks tersebut oleh orang Yahudi disebut sebagai Temple Mount dan Haram al-Sharif bagi kaum Muslim. Keputusan ini sama dengan yang dikeluarkan pada 13 Oktober lalu. Sama seperti yang pertama, keputusan terbaru berkaitan dengan pengamanan kota warisan agama.
Baca juga:
UNESCO Putuskan Temple Mount Hanya Milik Muslim, Israel Marah
"Drama absurd terus berlangsung. Kami memutuskan apa yang harus dilakukan, apa langkah berikutnya akan vis a vis dengan organisasi ini," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dalam sebuah pidato di Herzliya, dekat Tel Aviv seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/10/2016).
UNESCO oleh kebanyakan orang Israel dianggap sebagai musuh. Anggota Arab dari UNESCO dan para pendukungnya sering mengutuk Israel. Pada pertemuan di Paris, duta besar Israel Carmel Shama HaCohen menyebut salinan resolusi sebagai sampah.
"Ini adalah sejarah penolakan dan sejarah akan membuat keputusan yang memalukan ini sebagai bermakna sebagaimana yang sebelumnya," kata Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan.
Dua pekan lalu, Israel mengecam UNESCO untuk memperbaharui resolusi serupa yang mengutuk pembatasan akses Muslim ke situs, di bagian Yerusalem yang diakuisi oleh pasukan Israel dalam perang 1967. Israel menganggap seluruh Jerusalem sebagai ibukotanya, posisi yang tidak diakui secara internasional. Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara merdeka mereka.
Sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa tujuan dari resolusi UNESCO adalah untuk melindungi hak-hak agama dari tiga agama monoteistik utama, Kristen, Yahudi dan Islam, di tempat-tempat suci Yerusalem.
Berdasarkan sebuah teks yang berasal dari pejabat Palestina, resolusi yang diadopsi oleh UNESCO mengakui kompleks di Kota Tua Yerusalem hanya milik umat Muslim. Kompleks tersebut oleh orang Yahudi disebut sebagai Temple Mount dan Haram al-Sharif bagi kaum Muslim. Keputusan ini sama dengan yang dikeluarkan pada 13 Oktober lalu. Sama seperti yang pertama, keputusan terbaru berkaitan dengan pengamanan kota warisan agama.
Baca juga:
UNESCO Putuskan Temple Mount Hanya Milik Muslim, Israel Marah
"Drama absurd terus berlangsung. Kami memutuskan apa yang harus dilakukan, apa langkah berikutnya akan vis a vis dengan organisasi ini," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dalam sebuah pidato di Herzliya, dekat Tel Aviv seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/10/2016).
UNESCO oleh kebanyakan orang Israel dianggap sebagai musuh. Anggota Arab dari UNESCO dan para pendukungnya sering mengutuk Israel. Pada pertemuan di Paris, duta besar Israel Carmel Shama HaCohen menyebut salinan resolusi sebagai sampah.
"Ini adalah sejarah penolakan dan sejarah akan membuat keputusan yang memalukan ini sebagai bermakna sebagaimana yang sebelumnya," kata Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan.
Dua pekan lalu, Israel mengecam UNESCO untuk memperbaharui resolusi serupa yang mengutuk pembatasan akses Muslim ke situs, di bagian Yerusalem yang diakuisi oleh pasukan Israel dalam perang 1967. Israel menganggap seluruh Jerusalem sebagai ibukotanya, posisi yang tidak diakui secara internasional. Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara merdeka mereka.
Sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa tujuan dari resolusi UNESCO adalah untuk melindungi hak-hak agama dari tiga agama monoteistik utama, Kristen, Yahudi dan Islam, di tempat-tempat suci Yerusalem.
(ian)