Keadaan Darurat, Lebih dari 1.600 Ditahan di Ethiopia
A
A
A
ADDIS ABABA - Pihak berwenang di Ethiopia telah menahan lebih dari 1.600 orang di bahwa situasi keadaan darurat. Keadaan darurat di berlakukan di Ethiopia sejak tanggal 9 Oktober lalu yang dipicu oleh aksi protes anti pemerintah besar-besaran.
Dikutip dari Time, Jumat (21/10/2016), keadaan darurat memberikan otoritas di Ethiopia untuk menahan orang tanpa surat perintah penangkapan sampai tindakan tersebut berakhir enam bulan kedepan.
Menurut media yang berafiliasi dengan pemerintah, FBC, telah dilakukan penahanan terhadap 1.683 di Oromia dan Amhara yang mempunyai perbedaan politik. Sedangkan 1.000 orang lagi ditangkap pada Senin lalu di dekat ibukota Addis Ababa.
FBC juga melaporkan bahwa para tahanan ditetapkan menjadi tersangka dalam aksi kekerasan baru-baru ini dan pihak berwenang telah menyita sejumlah besar senjata.
Sejumlah kerusuhan politik mematikan melanda Ethipioa mulai November tahun lalu ketika orang-orang di Oromia berdemonstrasi menentang rencana pemerintah memperluas Addis Ababa ke wilayah mereka. Rencana itu telah dibatalkan namun aksi protes anti pemerintah terus berlanjut.
Pada 3 Oktober, 55 orang tewas terinjak-injak setelah aksi protes terjadi bersamaan dengan festival keagamaan Oromo. Pemerintah menyalahkan pengunjuk rasa atas tragedi tersebut. Namun aktivis mengatakan bahwa letusan tembakan aparat keamanan menyebabkan kepanikan. Seminggu kemudian pemerintah Ethiopia memberlakukan keadaan darurat.
Baca juga:
Festival Keagamaan di Ethiopia Berujung Petaka, 50 Tewas
Menurut Human Rights Watch, setidaknya 500 orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan selama 11 bulan terakhir. Lembaga pengawas HAM yang berbasis di New York itu telah menuduh Ethiopia telah bertindak represif untuk menekan perbedaan pendapat politik di masa lalu.
Dikutip dari Time, Jumat (21/10/2016), keadaan darurat memberikan otoritas di Ethiopia untuk menahan orang tanpa surat perintah penangkapan sampai tindakan tersebut berakhir enam bulan kedepan.
Menurut media yang berafiliasi dengan pemerintah, FBC, telah dilakukan penahanan terhadap 1.683 di Oromia dan Amhara yang mempunyai perbedaan politik. Sedangkan 1.000 orang lagi ditangkap pada Senin lalu di dekat ibukota Addis Ababa.
FBC juga melaporkan bahwa para tahanan ditetapkan menjadi tersangka dalam aksi kekerasan baru-baru ini dan pihak berwenang telah menyita sejumlah besar senjata.
Sejumlah kerusuhan politik mematikan melanda Ethipioa mulai November tahun lalu ketika orang-orang di Oromia berdemonstrasi menentang rencana pemerintah memperluas Addis Ababa ke wilayah mereka. Rencana itu telah dibatalkan namun aksi protes anti pemerintah terus berlanjut.
Pada 3 Oktober, 55 orang tewas terinjak-injak setelah aksi protes terjadi bersamaan dengan festival keagamaan Oromo. Pemerintah menyalahkan pengunjuk rasa atas tragedi tersebut. Namun aktivis mengatakan bahwa letusan tembakan aparat keamanan menyebabkan kepanikan. Seminggu kemudian pemerintah Ethiopia memberlakukan keadaan darurat.
Baca juga:
Festival Keagamaan di Ethiopia Berujung Petaka, 50 Tewas
Menurut Human Rights Watch, setidaknya 500 orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan selama 11 bulan terakhir. Lembaga pengawas HAM yang berbasis di New York itu telah menuduh Ethiopia telah bertindak represif untuk menekan perbedaan pendapat politik di masa lalu.
(ian)