Pemberontak Suriah Dirikan Kamp untuk Pembelot ISIS
A
A
A
DAMASKUS - Sebuah kamp interniran rahasia untuk mantan militan ISIS dan keluarganya didirikan di Suriah. Sedikitnya 300 pembelot dan pejuang ISIS, termasuk sejumlah warga negara asing, yang tertangkap ditahan di kamp tersebut yang dioperasionalkan oleh kelompok pemberontak Jaysh al-Tharir.
"Kami mencoba untuk merehabilitasi mereka dan mengubah pola pikir mereka tentang sebuah negara. Mereka yang ingin kembali ke rumah kami izinkan untuk menghubungi kedutaan mereka dan berkoordinasi dengan mereka melalui kami," kata komandan Jaysh al-Tharir, Mohammad al-Ghabi seperti dikutip dari BBC, Kamis (13/10/2016).
Ghabi mengatakan bahwa jumlah pembelot ISIS terus bertambah seiring kekalahan yang diderita kelompok itu akibat serangan pemberontak dibantu Turki di Suriah utara dalam operasi Efrat Shield.
"ISIS telah berantakan selama tujuh atau delapan bulan terakhir, menurut para pembelot yang kami ajak bicara. Namun, Operasi Efrat Shield semakin membuat ISIS terpuruk dan menyebabkan kemunduran menyusul kemajuan pesat dari pasukan kami," tambahnya.
Menurut kelompo pemberontak, setengah lusin pejuang asing telah berhasil keluar dari ISIS dan menghadapi hukuman penjara jika kembali ke Eropa. Namun, Ghabi mengatakan, tidak semua orang akan diizinkan untuk kembali.
"Mereka yang tidak ingin kembali atau telah melakukan kejahatan dirujuk ke pengadilan Syariah, yang dijalankan sesuai dengan hukum Islam dan menghukum sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya," terang Ghabi.
Ia pun memperingatkan bahwa beberapa dari mereka kemungkinan akan dieksekusi dan menambahkan bahwa pintu kesempatan bagi para pembelot untuk bergabung dengan pemberontak akan tertutup seiring terus berkurangnya wilayah dan proto negara ISIS yang hancur.
"Kami mencoba untuk merehabilitasi mereka dan mengubah pola pikir mereka tentang sebuah negara. Mereka yang ingin kembali ke rumah kami izinkan untuk menghubungi kedutaan mereka dan berkoordinasi dengan mereka melalui kami," kata komandan Jaysh al-Tharir, Mohammad al-Ghabi seperti dikutip dari BBC, Kamis (13/10/2016).
Ghabi mengatakan bahwa jumlah pembelot ISIS terus bertambah seiring kekalahan yang diderita kelompok itu akibat serangan pemberontak dibantu Turki di Suriah utara dalam operasi Efrat Shield.
"ISIS telah berantakan selama tujuh atau delapan bulan terakhir, menurut para pembelot yang kami ajak bicara. Namun, Operasi Efrat Shield semakin membuat ISIS terpuruk dan menyebabkan kemunduran menyusul kemajuan pesat dari pasukan kami," tambahnya.
Menurut kelompo pemberontak, setengah lusin pejuang asing telah berhasil keluar dari ISIS dan menghadapi hukuman penjara jika kembali ke Eropa. Namun, Ghabi mengatakan, tidak semua orang akan diizinkan untuk kembali.
"Mereka yang tidak ingin kembali atau telah melakukan kejahatan dirujuk ke pengadilan Syariah, yang dijalankan sesuai dengan hukum Islam dan menghukum sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya," terang Ghabi.
Ia pun memperingatkan bahwa beberapa dari mereka kemungkinan akan dieksekusi dan menambahkan bahwa pintu kesempatan bagi para pembelot untuk bergabung dengan pemberontak akan tertutup seiring terus berkurangnya wilayah dan proto negara ISIS yang hancur.
(ian)