Prioritas Hillary: Tangkap atau Habisi Pemimpin ISIS Al-Baghdadi
A
A
A
WASHINGTON - Prioritas utama dari Hillary Rodham Clinton jika jadi Presiden Amerika Serikat (AS) adalah menghentikan kelompok ISIS dengan menangkap atau menghabisi pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi. Hal itu disampaikan tim kampanyenya kepada Guardian.
Proritas calon presiden AS dari Partai Demokrat itu merupakan proposal dari “intelligence surge” di agenda keamanan nasionalnya.
Selama tahun lalu, Hillary yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri AS telah merancang untuk memperkuat aparat intelijen AS. Tim kampanye Hillary mengklaim kebijakan itu akan bekerja, terlebih setelah pengeboman tanpa korban jiwa melanda New York dan New Jersey beberapa hari lalu.
Sejak awal 2015, proposal “intelligence surge” telah berkembang dari sebuah ide untuk memperluas aset intelijen yang ditargetkan terhadap kelompok ISIS atau Islamic State. Proposal itu juga bertujuan untuk mengungkap dan mencegah serangan yang terinspirasi oleh kelompok teroris ISIS.
Proposal Hillary itu termotivasi langkah Presiden Obama yang berhasil memburu dan membunuh pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden setelah beberapa tahun sejak serangan 11 September 2001 buron.
”Dia benar-benar akan menempatkan fokus bersama pada hal itu, benar-benar akan mengejar khususnya (pada target al-Baghdadi),” kata Laura Rosenberger, penasihat senior kebijakan luar negeri Hillary Clinton yang juga mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional AS, yang dikutip Sabtu (24/9/2016).
Sementara itu, rival Hillary, yakni calon presiden dari Partai Republik Donald John Trump, menginginkan rencana Hillary mengatasi ISIS diperjelas. Menulis di Twitter, Trump, mengatakan bahwa dia ingin ”mengubah pedoman” melawan teroris. “Kita harus bersikap tegas pada ekstremis di masa lalu,” kata Trump.
Proritas calon presiden AS dari Partai Demokrat itu merupakan proposal dari “intelligence surge” di agenda keamanan nasionalnya.
Selama tahun lalu, Hillary yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri AS telah merancang untuk memperkuat aparat intelijen AS. Tim kampanye Hillary mengklaim kebijakan itu akan bekerja, terlebih setelah pengeboman tanpa korban jiwa melanda New York dan New Jersey beberapa hari lalu.
Sejak awal 2015, proposal “intelligence surge” telah berkembang dari sebuah ide untuk memperluas aset intelijen yang ditargetkan terhadap kelompok ISIS atau Islamic State. Proposal itu juga bertujuan untuk mengungkap dan mencegah serangan yang terinspirasi oleh kelompok teroris ISIS.
Proposal Hillary itu termotivasi langkah Presiden Obama yang berhasil memburu dan membunuh pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden setelah beberapa tahun sejak serangan 11 September 2001 buron.
”Dia benar-benar akan menempatkan fokus bersama pada hal itu, benar-benar akan mengejar khususnya (pada target al-Baghdadi),” kata Laura Rosenberger, penasihat senior kebijakan luar negeri Hillary Clinton yang juga mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional AS, yang dikutip Sabtu (24/9/2016).
Sementara itu, rival Hillary, yakni calon presiden dari Partai Republik Donald John Trump, menginginkan rencana Hillary mengatasi ISIS diperjelas. Menulis di Twitter, Trump, mengatakan bahwa dia ingin ”mengubah pedoman” melawan teroris. “Kita harus bersikap tegas pada ekstremis di masa lalu,” kata Trump.
(mas)