Terjebak Kemiskinan, Gadis-gadis AS Jual Tubuh untuk Beli Makan
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah hasil penelitian mengungkap para gadis-gadis di Amerika Serikat (AS) yang terjebak dalam kemiskinan terpaksa menjual tubuhnya sebagai pemuas nafsu agar bisa membeli makan. Penelitian itu dilakukan kelompok think tank The Urban Institute.
Beberapa gadis yang jadi objek penelitian mengatakan bahwa mereka terpaksa “menjual tubuh”, sedangkan para pemuda yang juga terjebak dalam kemiskinan memilih mengutil dan menjual narkoba untuk bertahan hidup.
Para peneliti yang menjalin kemitraan dengan Feeding America—organisasi nirlaba AS yang bergerak di jaringan bank makanan—melakukan studi di mana 13 dari 20 gadis yang jadi fokus penelitian mengaku menawarkan layanan seks sehingga mereka memiliki makanan yang cukup.
Menurut laporan The Urban Institute, banyak dari mereka melakukan “kencan transaksional" dengan pria yang lebih tua. Sebagi imbalan, mereka mendapat makanan, barang dan juga uang. Beberapa gadis yang diwawancarai dalam penelitian mengatakan bahwa hal itu sudah umum terjadi.
”Ini benar-benar seperti menjual diri,” kata seorang gadis remaja di Portland, Oregon. ”Anda akan melakukan apa pun yang perlu Anda lakukan untuk mendapatkan uang atau makan.” Kebanyakan transaksi mereka lakukan dengan pria asing.
”Ketika Anda menjual tubuh Anda, itu samar-samar. Seperti jika saya berhubungan seks dengan Anda, Anda harus membelikan saya makan malam,” kata seorang remaja lelaki yang diwawancarai The Urban Institute, yang dikutip IB Times, Selasa (13/9/2016).
“Begitulah cara anak perempuan menghadapi perjuangan. Itu lebih baik daripada mengambil uang, karena jika mereka mengambil uang mereka akan diberi label pelacur,” lanjut remaja itu. Semua identitas dari orang yang jadi objek penelitian The Urban Institute dilindungi.
Ahli rawan pangan, Craig Gundersen, baru-baru ini memperkirakan bahwa 6,8 juta anak muda berusia 10-17 tahun mengalami kesulitan dalam menemukan makanan yang cukup. Data itu termasuk 2,9 juta anak yang memiliki ketahanan pangan yang sangat rendah.
Susan Popkin, penulis utama hasil penelitian mengatakan: "Bahkan bagi saya, yang telah memperhatikan ini dan telah mendengar perempuan menceritakan kisah mereka untuk waktu yang lama, sejauh mana kita mendengar tentang makanan yang terkait dengan kerentanan ini mengejutkan saya, dan tingkat keputusasaan yang benar-benar mengejutkan saya.”
Beberapa gadis yang jadi objek penelitian mengatakan bahwa mereka terpaksa “menjual tubuh”, sedangkan para pemuda yang juga terjebak dalam kemiskinan memilih mengutil dan menjual narkoba untuk bertahan hidup.
Para peneliti yang menjalin kemitraan dengan Feeding America—organisasi nirlaba AS yang bergerak di jaringan bank makanan—melakukan studi di mana 13 dari 20 gadis yang jadi fokus penelitian mengaku menawarkan layanan seks sehingga mereka memiliki makanan yang cukup.
Menurut laporan The Urban Institute, banyak dari mereka melakukan “kencan transaksional" dengan pria yang lebih tua. Sebagi imbalan, mereka mendapat makanan, barang dan juga uang. Beberapa gadis yang diwawancarai dalam penelitian mengatakan bahwa hal itu sudah umum terjadi.
”Ini benar-benar seperti menjual diri,” kata seorang gadis remaja di Portland, Oregon. ”Anda akan melakukan apa pun yang perlu Anda lakukan untuk mendapatkan uang atau makan.” Kebanyakan transaksi mereka lakukan dengan pria asing.
”Ketika Anda menjual tubuh Anda, itu samar-samar. Seperti jika saya berhubungan seks dengan Anda, Anda harus membelikan saya makan malam,” kata seorang remaja lelaki yang diwawancarai The Urban Institute, yang dikutip IB Times, Selasa (13/9/2016).
“Begitulah cara anak perempuan menghadapi perjuangan. Itu lebih baik daripada mengambil uang, karena jika mereka mengambil uang mereka akan diberi label pelacur,” lanjut remaja itu. Semua identitas dari orang yang jadi objek penelitian The Urban Institute dilindungi.
Ahli rawan pangan, Craig Gundersen, baru-baru ini memperkirakan bahwa 6,8 juta anak muda berusia 10-17 tahun mengalami kesulitan dalam menemukan makanan yang cukup. Data itu termasuk 2,9 juta anak yang memiliki ketahanan pangan yang sangat rendah.
Susan Popkin, penulis utama hasil penelitian mengatakan: "Bahkan bagi saya, yang telah memperhatikan ini dan telah mendengar perempuan menceritakan kisah mereka untuk waktu yang lama, sejauh mana kita mendengar tentang makanan yang terkait dengan kerentanan ini mengejutkan saya, dan tingkat keputusasaan yang benar-benar mengejutkan saya.”
(mas)