Salahkan Korban Pemerkosaan Tak Jaga Lutut, Hakim Kanada Minta Maaf

Minggu, 11 September 2016 - 06:36 WIB
Salahkan Korban Pemerkosaan...
Salahkan Korban Pemerkosaan Tak Jaga Lutut, Hakim Kanada Minta Maaf
A A A
CALGARY - Seorang hakim Kanada bernama Robin Camp dipaksa untuk meminta maaf atas pertanyaan agresif pada wanita korban pemerkosaan dan memihak terdakwa dengan vonis bebas. Hakim itu mempertanyakan mengapa korban “tidak menjaga kedua lututnya” dan membiarkan pemerkosaan terjadi.

Hakim Camp meminta maaf setelah karirnya terancam. Gara-gara mendiskreditkan korban pemerkosaan dalam sidang di pengadilan tahun 2014, Hakim Camp di-nonjob-kan dalam dua tahun terakhir.

Sebuah panel Dewan Yudisial Kanada di Calgary yang terdiri dari lima orang telah melakuakn penyelidikan sejak Selasa lalu. Dalam sidang panel hari Jumat waktu Kanada, hakim 64 tahun itu mengaku menyesal dan meminta maaf.

Korban pemerkosaan mengaku menderita akibat perlakuan hakim. Pertanyaan hakim selama sidang tahun 2014, membuatnya merasa seperti “pelacur”.

Korban sejatinya adalah seorang wanita tunawisma. Tiga tahun lalu, dia diperkosa terdakwa di kamar mandi sebuah rumah saat acara pesta. Korban saat itu berusia 19 tahun.

Camp dalam sidang mencatat bahwa korban tidak menolak saat diperkosa terdakwa. Hakim Camp kemudian bertanya pada korban; ”Mengapa Anda tidak bisa menjaga lutut Anda bersama-sama?”. Menurut hakim, korban terkesan pasif sehingga terdakwa yang bernama Alexander Wagar leluasa menyerang.

“Seks dan rasa sakit kadang-kadang pergi bersamaaan, itu tidak selalu hal yang buruk,” ujar Hakim Camp saat itu.”(Pengadu) tahu dia mabuk, apakah bukan tanggung jawab dirinya untuk lebih hati-hati?,” tanya Hakim Camp.

Yang mengejutkan, Hakim Camp memutuskan mendukung terdakwa dengan menganggap korban membiarkan serangan seksual terjadi meski beralasan korban tidak menginginkannya. Terdakwa pun divonis bebas.

Korban telah dihadirkan dalam sidang panel selama sepekan terakhir.

”(Camp) membuat saya membenci diri saya sendiri dan dia membuat saya merasa seperti saya harus melakukan sesuatu, bahwa saya semacam pelacur,” kaya wanita yang identitasnya dilindungi tim panel.

Camp akhirnya menyesal telah mendiskreditkan korban. ”Saya bukan hakim yang baik. Saya pikir saya memukul nada yang salah. Saya kasar,” katanya, seperti dikutip Russia Today, Minggu (11/9/2016).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0931 seconds (0.1#10.140)