Tingkatkan Perlidungan WNI, Dubes RI di Suriah Kunjungi Allepo
A
A
A
DAMASKUS - Duta Besar Indonesia untuk Suriah, Djoko Harjanto dilaporkan telah melakukan kunjungan kerja ke Allepo pada tanggal 14 hingga 16 Juni lalu. Di sana, ia melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak, termasuk di dalamnya PBB dan juga mengunjungi kantor Cabang Konsuler dan penampungan WNI di wilayah Aleppo.
“Kita bukan mau jalan-jalan ke Aleppo ini. Ini adalah bentuk totalitas tanggung jawab kita dalam menjalankan misi perlindungan WNI di wilayah konflik," kata Djoko dalam siaran pers KBRI Damaskus yang diterima Sindonews pada Kamis (23/6).
Menurut keterangan KBRI Damaskus, sebelum krisis, perjalanan ke Aleppo dapat ditempuh melalui udara atau darat selama empat jam. Sedangkan sekarang, perjalanan ke Aleppo ditempuh sedikitnya selama tujuh jam dengan puluhan check points dan jalan memutar melalui Homs, Al-Salamiyah, Ithriyah, Khanaser, Al-Safirah, lalu Aleppo.
Selama di perjalanan, rombongan melalui perkampungan-perkampungan yang hancur karena perang dan ditinggalkan penghuninya, melewati jalanan tanah belum beraspal untuk menghindari wilayah konflik, juga kerap kali berpapasan dengan panser, tank baja, dan patroli tentara pemerintah.
Untuk memasuki kota Aleppo saja, rombongan KBRI Damaskus harus memutar jauh melalui jalanan tanah untuk menghindari snipper. Di dalam kota Aleppo kondisi tidak jauh berbeda. Ringroad yang mengitari kota Aleppo dan jalanan utama kota ditutup, sehingga harus melewati jalan sempit dan berkelok-kelok.
Berdasarkan pengamatan langsung selama di Aleppo, kondisi Aleppo sebagai kota makmur tumpuan industri dan perdagangan Suriah berubah 180 derajat. Aleppo kini dikenal sebagai salah satu kota yang paling hancur dan paling tidak aman di Suriah.
Sejauh ini, sudah ada dua WNI yang berhasil dikeluarkan kota yang dikuasi oleh ISIS dan pemeberontak Suriah selama setahun terakhir tersebut. Belum diketahui dengan pasti berapa banyak WNI yang berada di Allepo. Pasalnya paska moratorium, para WNI yang mayoritas adalah TKI masuk ke Suriah secara ilegal.
“Kita bukan mau jalan-jalan ke Aleppo ini. Ini adalah bentuk totalitas tanggung jawab kita dalam menjalankan misi perlindungan WNI di wilayah konflik," kata Djoko dalam siaran pers KBRI Damaskus yang diterima Sindonews pada Kamis (23/6).
Menurut keterangan KBRI Damaskus, sebelum krisis, perjalanan ke Aleppo dapat ditempuh melalui udara atau darat selama empat jam. Sedangkan sekarang, perjalanan ke Aleppo ditempuh sedikitnya selama tujuh jam dengan puluhan check points dan jalan memutar melalui Homs, Al-Salamiyah, Ithriyah, Khanaser, Al-Safirah, lalu Aleppo.
Selama di perjalanan, rombongan melalui perkampungan-perkampungan yang hancur karena perang dan ditinggalkan penghuninya, melewati jalanan tanah belum beraspal untuk menghindari wilayah konflik, juga kerap kali berpapasan dengan panser, tank baja, dan patroli tentara pemerintah.
Untuk memasuki kota Aleppo saja, rombongan KBRI Damaskus harus memutar jauh melalui jalanan tanah untuk menghindari snipper. Di dalam kota Aleppo kondisi tidak jauh berbeda. Ringroad yang mengitari kota Aleppo dan jalanan utama kota ditutup, sehingga harus melewati jalan sempit dan berkelok-kelok.
Berdasarkan pengamatan langsung selama di Aleppo, kondisi Aleppo sebagai kota makmur tumpuan industri dan perdagangan Suriah berubah 180 derajat. Aleppo kini dikenal sebagai salah satu kota yang paling hancur dan paling tidak aman di Suriah.
Sejauh ini, sudah ada dua WNI yang berhasil dikeluarkan kota yang dikuasi oleh ISIS dan pemeberontak Suriah selama setahun terakhir tersebut. Belum diketahui dengan pasti berapa banyak WNI yang berada di Allepo. Pasalnya paska moratorium, para WNI yang mayoritas adalah TKI masuk ke Suriah secara ilegal.