Kedubes Inggris di Jakarta Bersiap Sambut Brexit
A
A
A
JAKARTA - Kedutaan Besar Inggris di Indonesia turut disibukan dengan persiapan referendum mengenai posisi Inggris di Uni Eropa (UE), atau yang dikenal Brexit. Referendum itu dijadwalkan akan digelar tanggal 23 Juni mendatang.
"Ada sedikit persiapan di sini juga, karena semua warga Inggris yang tinggal dimanapun bisa mengikuti referendum. Jadi, semua orang bisa memberikan suaranya," ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik pada Senin (20/6).
Moazzam juga mengatakan, ada dua cara bagi warga Inggris di luar Inggris untuk bisa memberikan suaranya dalam referendum tersebut. Yakni melalui postal vodet atau melalui proxy vote.
"Ada beberapa cara untuk memberikan suara, ada postal vote atau proxy vote. Maksudnya proxy vote adalah pemilik hak suara bisa meminta salah satu saudara atau teman untuk mewakilinya dalam memberikan suara. Sedangkan Postal vote maksudnya memberikan suara dengan cara mengirimkannya lewat pos," jelasnya.
"Secara pribadi saya akan menggunakan proxy vote, saya telah meminta kepada teman saya untuk memberikan suara di Inggris. Tapi, saya tidak bisa katakan pilihan saya. Ada beberapa persiapan dan dalam beberapa minggu terakhir kami terus mendorong warga Inggris yang tinggal di Indonesia untuk memberikan suaranya, karena pemilihan ini sangat ketat. Dampaknya sangat besar untuk jangka panjang, jadi harapan kami adalah semua warga Inggris menggunakan hak suaranya," lanjutnya.
Ketika disinggung apakah referendum ini akan memberikan dampak bagi Inggris, terlepas dari hasilnya kelak, ia mengatakan pasti ada dampaknya, baik untuk jangka pendek ataupun jangka panjang.
"Kalau hasilnya untuk tetap di UE, mungkin dampaknya tidak besar secara jangka pendek. Tapi, saya kira masih ada beberapa dampak karena perdebatannya antara pihak yang tetap dan yang mau keluar sangat ketat. Jadi, kalau sesudah referendum mungkin diperlukan penghentikan perbedaan untuk menenangkan situasi," ucapnya.
"Jika pilihannya keluar dari UE, dampaknya cukup besar, tapi tidak langsung. Sebab, akan perlu waktu bernegosiasi dengan UE, bagaimana cara keluar dari UE secara baik dan benar. Tidak ada contohnya, karena ini mungkin menjadi yang pertama," pungkas Moazzam.
"Ada sedikit persiapan di sini juga, karena semua warga Inggris yang tinggal dimanapun bisa mengikuti referendum. Jadi, semua orang bisa memberikan suaranya," ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik pada Senin (20/6).
Moazzam juga mengatakan, ada dua cara bagi warga Inggris di luar Inggris untuk bisa memberikan suaranya dalam referendum tersebut. Yakni melalui postal vodet atau melalui proxy vote.
"Ada beberapa cara untuk memberikan suara, ada postal vote atau proxy vote. Maksudnya proxy vote adalah pemilik hak suara bisa meminta salah satu saudara atau teman untuk mewakilinya dalam memberikan suara. Sedangkan Postal vote maksudnya memberikan suara dengan cara mengirimkannya lewat pos," jelasnya.
"Secara pribadi saya akan menggunakan proxy vote, saya telah meminta kepada teman saya untuk memberikan suara di Inggris. Tapi, saya tidak bisa katakan pilihan saya. Ada beberapa persiapan dan dalam beberapa minggu terakhir kami terus mendorong warga Inggris yang tinggal di Indonesia untuk memberikan suaranya, karena pemilihan ini sangat ketat. Dampaknya sangat besar untuk jangka panjang, jadi harapan kami adalah semua warga Inggris menggunakan hak suaranya," lanjutnya.
Ketika disinggung apakah referendum ini akan memberikan dampak bagi Inggris, terlepas dari hasilnya kelak, ia mengatakan pasti ada dampaknya, baik untuk jangka pendek ataupun jangka panjang.
"Kalau hasilnya untuk tetap di UE, mungkin dampaknya tidak besar secara jangka pendek. Tapi, saya kira masih ada beberapa dampak karena perdebatannya antara pihak yang tetap dan yang mau keluar sangat ketat. Jadi, kalau sesudah referendum mungkin diperlukan penghentikan perbedaan untuk menenangkan situasi," ucapnya.
"Jika pilihannya keluar dari UE, dampaknya cukup besar, tapi tidak langsung. Sebab, akan perlu waktu bernegosiasi dengan UE, bagaimana cara keluar dari UE secara baik dan benar. Tidak ada contohnya, karena ini mungkin menjadi yang pertama," pungkas Moazzam.
(esn)