Eks Pemimpin Soviet Sebut Arogansi AS Jadi Pemicu Ketegangan
A
A
A
MOSKOW - Mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev percaya bahwa ketegangan antara Rusia dengan Barat timbul karena arogansi Amerika Serikat (AS) pasca periode perang dingin dengan Soviet.
"Mereka berpikir, 'Sekarang kita bos dari dunia.' Mereka tidak benar-benar tertarik dalam membantu Rusia berkembang menjadi demokrasi yang stabil dan kuat. Mereka pikir mereka bisa memotong Rusia menjadi ukuran-ukuran terkecil. Dalam prosesnya, mereka telah menyia-nyiakan kepercayaan yang telah kami bangun," kata Gorbachev, seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (22/5/2016).
Menurut Gorbachev, reunifikasi Krimea dengan Rusia pada Maret 2014 adalah titik balik hubungan Moskow dengan Barat dan ia pun menyuarakan dukungan bergabungnya wilayah Ukraina itu. "Saya selalu mendukung kehendak bebas setiap orang dan Krimea ingin kembali dengan Rusia. Seandainya saya masih berkuasa, Uni Soviet masih akan ada dan Krimea akan menjadi bagian dari itu," katanya.
Ia pun menyesal dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990. "Tujuan saya adalah untuk reformasi, tidak pernah untuk menghancurkannya," sesalnya.
Gorbachev pun lantas berhipotesis, bahwa sebagian besar Rusia, sementara "sangat menyesal" dengan sumber daya negara yang "menghilang", mereka tidak ingin kembali.
"Mereka berpikir, 'Sekarang kita bos dari dunia.' Mereka tidak benar-benar tertarik dalam membantu Rusia berkembang menjadi demokrasi yang stabil dan kuat. Mereka pikir mereka bisa memotong Rusia menjadi ukuran-ukuran terkecil. Dalam prosesnya, mereka telah menyia-nyiakan kepercayaan yang telah kami bangun," kata Gorbachev, seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (22/5/2016).
Menurut Gorbachev, reunifikasi Krimea dengan Rusia pada Maret 2014 adalah titik balik hubungan Moskow dengan Barat dan ia pun menyuarakan dukungan bergabungnya wilayah Ukraina itu. "Saya selalu mendukung kehendak bebas setiap orang dan Krimea ingin kembali dengan Rusia. Seandainya saya masih berkuasa, Uni Soviet masih akan ada dan Krimea akan menjadi bagian dari itu," katanya.
Ia pun menyesal dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990. "Tujuan saya adalah untuk reformasi, tidak pernah untuk menghancurkannya," sesalnya.
Gorbachev pun lantas berhipotesis, bahwa sebagian besar Rusia, sementara "sangat menyesal" dengan sumber daya negara yang "menghilang", mereka tidak ingin kembali.
(ian)