Dibakar ISIS, Gadis Cilik Memaafkannya sebelum Meninggal
A
A
A
NEW YORK - Para militan ISIS membakar gadis cilik berusia sekitar 12 tahun di rumahnya di Mosul. Gadis cilik dari keluarga Kristen itu sempat memafkan mereka sebelum akhirnya meninggal di pelukan ibunya.
Korban berada di kamar mandi ketika para militan radikal itu berdiri di pintu rumah dan menuntut uang pajak kepada ibunya.
Ibu korban mengatakan bahwa dia akan membayar tapi menunggu sampai korban keluar dari kamar mandi.
Namun, para ekstremis itu justru menyerbu ke kamar mandi dan membakar korban.
Kekejaman kelompok Islamic State atau ISIS itu diungkap Jacqueline Isaac, seorang advokat hak asasi manusia.
”Militan asing ISIS berada di pintu dan mereka mengatakan 'Anda memiliki dua pilihan, Anda pergi sekarang atau Anda membayar Jizya',” kata Jacqueline.
”Dia (ibu korban) bilang 'Saya akan membayar, beri saya beberapa detik (sampai) putri saya di kamar mandi (keluar)',” lanjut cerita Jacqueline.
”Mereka mengatakan 'Anda tidak memiliki beberapa detik' dan mereka menyalakan obor di kamar mandi, tempat gadis itu berada di dalamnya,” imbuh Jacqueline, seperti dikutip Mirror, semalam (18/5/2016).
Ibu dan gadis cilik itu semula berhasil melarikan diri dari rumah yang terbakar. Tapi, si gadis meninggal di pelukan ibunya akibat luka bakar.
“Gadis itu memiliki empat luka bakar dan ibunya bergegas merebutnya dan melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya,” kata Jacqueline. ”Bergegas ke rumah sakit dan putrinya meninggal dalam pelukannya.”
”Hal terakhir yang dikatakan putrinya; ‘Maafkan mereka’,” ujar Jacqueline.
Jacqueline yang merupakan wakil presiden kelompok advokasi Road of Success memberi kesaksian selama konferensi di New York pada 28 April terkait penganiayaan terhadap minoritas Kristen di Irak.
Korban berada di kamar mandi ketika para militan radikal itu berdiri di pintu rumah dan menuntut uang pajak kepada ibunya.
Ibu korban mengatakan bahwa dia akan membayar tapi menunggu sampai korban keluar dari kamar mandi.
Namun, para ekstremis itu justru menyerbu ke kamar mandi dan membakar korban.
Kekejaman kelompok Islamic State atau ISIS itu diungkap Jacqueline Isaac, seorang advokat hak asasi manusia.
”Militan asing ISIS berada di pintu dan mereka mengatakan 'Anda memiliki dua pilihan, Anda pergi sekarang atau Anda membayar Jizya',” kata Jacqueline.
”Dia (ibu korban) bilang 'Saya akan membayar, beri saya beberapa detik (sampai) putri saya di kamar mandi (keluar)',” lanjut cerita Jacqueline.
”Mereka mengatakan 'Anda tidak memiliki beberapa detik' dan mereka menyalakan obor di kamar mandi, tempat gadis itu berada di dalamnya,” imbuh Jacqueline, seperti dikutip Mirror, semalam (18/5/2016).
Ibu dan gadis cilik itu semula berhasil melarikan diri dari rumah yang terbakar. Tapi, si gadis meninggal di pelukan ibunya akibat luka bakar.
“Gadis itu memiliki empat luka bakar dan ibunya bergegas merebutnya dan melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya,” kata Jacqueline. ”Bergegas ke rumah sakit dan putrinya meninggal dalam pelukannya.”
”Hal terakhir yang dikatakan putrinya; ‘Maafkan mereka’,” ujar Jacqueline.
Jacqueline yang merupakan wakil presiden kelompok advokasi Road of Success memberi kesaksian selama konferensi di New York pada 28 April terkait penganiayaan terhadap minoritas Kristen di Irak.
(mas)