Tanpa Penjelasan, Turki Larang Masuk Wartawan Asing
A
A
A
ANKARA - Turki dikabarkan menolak wartawan asing untuk masuk ke wilayahnya tanpa penjelasan. Penolakan tanpa alasan ini dirasakan oleh sejumlah wartawan asing yang hendak memasuki Turki, atau sekedar transit negara tersebut.
Jurnalis foto yang bekerja untuk media Jerman, Bild, Giorgos Moutafis (38), mengaku ditolak masuk Turki pada saat dirinya mendarat di Istanbul pada akhir pekan lalu. Moutafis mengatakan, pihak imigrasi Turki melarang dia masuk karena menyebut dirinya masuk dalam daftar hitam.
"Saya diberitahu di pemeriksaan paspor bahwa nama saya ada di daftar hitam dan bahwa saya tidak diizinkan masuk Turki. Kemudian paspor saya diambil sampai pagi. Saya harus menghabiskan malam di sebuah kamar di bandara, mereka tidak memberikan penjelasan mengapa saya masuk daftar hitam," ucapnya.
Jurnalis asal Yunani itu, seperti dilansir Russia Today pada Senin (25/4), mengaku bahwa dirinya melakukan kunjungan ke Turki enam bulan lalu, dan tidak ada masalah pada saat itu. Oleh karena itu dirinya merasa heran saat dia tiba-tiba disebut masuk dalam daftar hitam saat ini.
Moutafis adalah seorang wartawan yang diakui dunia internasional dan pembuat film, yang meliput cerita untuk outlet seperti Newsweek, TIME, New Yorker, Der Spiegel, Guardian, Al Jazeera, CBS, CNN dan BBC. Dia menerima juga pernah Press Freedom Award dari Reporters Without Borders pada tahun 2014 lalu.
Sementara itu, hal serupa juga dirasakan jurnalis Amerika, David Lepeska juga dilarang memasuki Turki. Tidak lama setelah mendarat dirinya kembali ditempatkan dalam penerbangan dari Istanbul menuju Chicago.
Sama halnya dengan Moustafis, Lepeska yang bekerja untuk Foreign Affairs dan Al Jazeera Amerika, juga tidak diberi penjelasan mengapa dirinya dilarang masuk, dan kembali dipulangkan ke negara asalnya.
Pekan lalu, Turki juga melarang Volker Schwenck, seorang jurnalis yang bekerja untuk ARD, memasuki negara itu. Ankara mengatakan penolakan Schwenck karena alasan keemanan. Schwenck masuk ke Turki untuk pergi ke Gaziantep untuk meliput kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke wilayah tersebut.
Jurnalis foto yang bekerja untuk media Jerman, Bild, Giorgos Moutafis (38), mengaku ditolak masuk Turki pada saat dirinya mendarat di Istanbul pada akhir pekan lalu. Moutafis mengatakan, pihak imigrasi Turki melarang dia masuk karena menyebut dirinya masuk dalam daftar hitam.
"Saya diberitahu di pemeriksaan paspor bahwa nama saya ada di daftar hitam dan bahwa saya tidak diizinkan masuk Turki. Kemudian paspor saya diambil sampai pagi. Saya harus menghabiskan malam di sebuah kamar di bandara, mereka tidak memberikan penjelasan mengapa saya masuk daftar hitam," ucapnya.
Jurnalis asal Yunani itu, seperti dilansir Russia Today pada Senin (25/4), mengaku bahwa dirinya melakukan kunjungan ke Turki enam bulan lalu, dan tidak ada masalah pada saat itu. Oleh karena itu dirinya merasa heran saat dia tiba-tiba disebut masuk dalam daftar hitam saat ini.
Moutafis adalah seorang wartawan yang diakui dunia internasional dan pembuat film, yang meliput cerita untuk outlet seperti Newsweek, TIME, New Yorker, Der Spiegel, Guardian, Al Jazeera, CBS, CNN dan BBC. Dia menerima juga pernah Press Freedom Award dari Reporters Without Borders pada tahun 2014 lalu.
Sementara itu, hal serupa juga dirasakan jurnalis Amerika, David Lepeska juga dilarang memasuki Turki. Tidak lama setelah mendarat dirinya kembali ditempatkan dalam penerbangan dari Istanbul menuju Chicago.
Sama halnya dengan Moustafis, Lepeska yang bekerja untuk Foreign Affairs dan Al Jazeera Amerika, juga tidak diberi penjelasan mengapa dirinya dilarang masuk, dan kembali dipulangkan ke negara asalnya.
Pekan lalu, Turki juga melarang Volker Schwenck, seorang jurnalis yang bekerja untuk ARD, memasuki negara itu. Ankara mengatakan penolakan Schwenck karena alasan keemanan. Schwenck masuk ke Turki untuk pergi ke Gaziantep untuk meliput kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke wilayah tersebut.
(esn)