Dua Pesawat Mata-mata Rusia Ini Disebut Bikin AS Iri
A
A
A
MOSKOW - Operasi militer Rusia di Suriah, terutama dalam pengerahan sejumlah pesawat mata-mata dinilai analis militer telah membuat Amerika Serikat (AS) iri. Ada dua jenis pesawat mata-mata canggih Rusia yang membuat Barat terkesan.
“Perbaikan mengesankan Rusia untuk arsenal pasukan konvensional, terutama berkenaan dengan kemampuan sinyal intelijen (SIGINT) dan peperangan elektronik (EW) telah ditampilkan di Suriah,” kata analis militer AS, Catlin Patterson.
“Di Suriah, Rusia diduga telah mengerahkan dua Electronic Intelligence (ELINT) dan pesawat SIGINT, yang mungkin membuat iri beberapa pihak di Washington," lanjut Patterson, seorang merupkan veteran dari Korps Marinir AS, di mana dia pernah menjabat sebagai Cryptologic Linguist dan Analis Sinyal Intelijen.
Patterson merinci dua jenis pesawat mata-mata Rusia yang membuat Barat terkesan. Keduanya adalah;
1.Pesawat Pengintai Ilyushin Il-20
NATO menamakan pesawat mata-mata ini dengan kode nama "Coot".
“Il-20 hadir dengan berbagai sensor, antena, IR (Infrared) dan sensor optik, sebuah SLAR (Side-Looking Airborne Radar), dan peralatan komunikasi satelit untuk berbagi data real-time,” kata Patterson menggambarkan pesawat itu.
Il-20 adalah versi militer dari pesawat penumpang Il-18. Menurut GlobalSecurity.com, pesawat ini dirancang untuk mengumpulkan data intelijen dengan beragam fitur.
Pesawat ini identik dengan dua antena yang menonjol dari bagian atas badan pesawat. Pesawat Il-20 diterbangkan oleh lima awak yang didampingi oleh delapan spesialis misi.
Pesawat ini diyakini secara teratur melakukan misi pengintaian jarak jauh di wilayah Baltik, terbang di wilayah udara internasional dengan transponder yang dimatikan—praktek standar untuk hampir semua pesawat ISR (Intelligence Surveillance Reconnaissance).
Di Suriah, pesawat ini juga diduga dilakukan untuk misi intelijen. Menurut laporan Avationist, pesawat Il-20 digunakan untuk menyadap komunikasi para militan ISIS atau Daesh dan mendeteksi sistem emisi untuk membangun sebuah Orde Pertempuran Elektronik (EOB) terhadap ISIS di wilayah tersebut.
2. Pesawat Mata-mata Tu-214R
Antena dari pesawat Tu-214R bisa mencegat sinyal yang dipancarkan oleh sistem (radar, pesawat, radio, kendaraan tempur, ponsel dan lainnya) milik musuh, sehingga dapat membangun EOB terhadap pasukan musuh.
Rusia Tu-214R adalah pesawat mata-mata yang dirancang berdasarkan pesawat angkut komersial Tu-214 yang dimodifikasi dengan kode nama ”Project 141”. Pesawat mata-mata ini untuk menggantikan pesawat Ilyushin Il-20M ELINT.
Situs pelacakan penerbangan flightradar24.com melaporkan bahwa pesawat ini bisa dilacak karena mengikuti koridor. Setidaknya pesawat ini pernah terlacak terbang dari Rusia, ke Laut Kaspia dan kemudian ke Suriah melalui rongga udara Iran dan Irak.
Sebelumnya, pesawat ini juga terlihat terbang di dekat Crimea. “Meskipun wajar bagi negara dan militer untuk menjaga teknologi mereka berkembang, Rusia berinvestasi dengan modal cukup banyak untuk cepat memodernisasi kekuatan militernya, melengkapi tentara untuk berperang di medan tempur kemudian hari,” ujar Patterson.
”AS telah terlalu fokus pada doktrin kontra-pemberontakan, macet dalam konflik dari Irak ke Afghanistan, dan hasilnya telah mengabaikan SIGINT Amerika sendiri serta kemampuan EW untuk perang konvensional dengan kekuatan lain seperti Rusia atau China,” imbuh Patterson, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (23/4/2016).
.
“Perbaikan mengesankan Rusia untuk arsenal pasukan konvensional, terutama berkenaan dengan kemampuan sinyal intelijen (SIGINT) dan peperangan elektronik (EW) telah ditampilkan di Suriah,” kata analis militer AS, Catlin Patterson.
“Di Suriah, Rusia diduga telah mengerahkan dua Electronic Intelligence (ELINT) dan pesawat SIGINT, yang mungkin membuat iri beberapa pihak di Washington," lanjut Patterson, seorang merupkan veteran dari Korps Marinir AS, di mana dia pernah menjabat sebagai Cryptologic Linguist dan Analis Sinyal Intelijen.
Patterson merinci dua jenis pesawat mata-mata Rusia yang membuat Barat terkesan. Keduanya adalah;
1.Pesawat Pengintai Ilyushin Il-20
NATO menamakan pesawat mata-mata ini dengan kode nama "Coot".
“Il-20 hadir dengan berbagai sensor, antena, IR (Infrared) dan sensor optik, sebuah SLAR (Side-Looking Airborne Radar), dan peralatan komunikasi satelit untuk berbagi data real-time,” kata Patterson menggambarkan pesawat itu.
Il-20 adalah versi militer dari pesawat penumpang Il-18. Menurut GlobalSecurity.com, pesawat ini dirancang untuk mengumpulkan data intelijen dengan beragam fitur.
Pesawat ini identik dengan dua antena yang menonjol dari bagian atas badan pesawat. Pesawat Il-20 diterbangkan oleh lima awak yang didampingi oleh delapan spesialis misi.
Pesawat ini diyakini secara teratur melakukan misi pengintaian jarak jauh di wilayah Baltik, terbang di wilayah udara internasional dengan transponder yang dimatikan—praktek standar untuk hampir semua pesawat ISR (Intelligence Surveillance Reconnaissance).
Di Suriah, pesawat ini juga diduga dilakukan untuk misi intelijen. Menurut laporan Avationist, pesawat Il-20 digunakan untuk menyadap komunikasi para militan ISIS atau Daesh dan mendeteksi sistem emisi untuk membangun sebuah Orde Pertempuran Elektronik (EOB) terhadap ISIS di wilayah tersebut.
2. Pesawat Mata-mata Tu-214R
Antena dari pesawat Tu-214R bisa mencegat sinyal yang dipancarkan oleh sistem (radar, pesawat, radio, kendaraan tempur, ponsel dan lainnya) milik musuh, sehingga dapat membangun EOB terhadap pasukan musuh.
Rusia Tu-214R adalah pesawat mata-mata yang dirancang berdasarkan pesawat angkut komersial Tu-214 yang dimodifikasi dengan kode nama ”Project 141”. Pesawat mata-mata ini untuk menggantikan pesawat Ilyushin Il-20M ELINT.
Situs pelacakan penerbangan flightradar24.com melaporkan bahwa pesawat ini bisa dilacak karena mengikuti koridor. Setidaknya pesawat ini pernah terlacak terbang dari Rusia, ke Laut Kaspia dan kemudian ke Suriah melalui rongga udara Iran dan Irak.
Sebelumnya, pesawat ini juga terlihat terbang di dekat Crimea. “Meskipun wajar bagi negara dan militer untuk menjaga teknologi mereka berkembang, Rusia berinvestasi dengan modal cukup banyak untuk cepat memodernisasi kekuatan militernya, melengkapi tentara untuk berperang di medan tempur kemudian hari,” ujar Patterson.
”AS telah terlalu fokus pada doktrin kontra-pemberontakan, macet dalam konflik dari Irak ke Afghanistan, dan hasilnya telah mengabaikan SIGINT Amerika sendiri serta kemampuan EW untuk perang konvensional dengan kekuatan lain seperti Rusia atau China,” imbuh Patterson, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (23/4/2016).
.
(mas)