Amerika Didesak Rilis Data Rahasia Kasus 1965 di Indonesia
A
A
A
WASHINGTON - Kelompok HAM internasional, Human Rights Watch (HRW) mendesak Pemerintah Amerika Serikat (AS) merilis data rahasia perihal kasus pembantaian massal tahun 1965-1966 yang terjadi di Indonesia.
HRW minta AS membeberkan peran rahasia Washington kala itu, mengingat AS sangat berkepentingan membendung pengaruh komunis Soviet dan China di Asia Tenggara.
Desakan HRW itu muncul menjelang konferensi bersama Kontras di Indonesia pada pekan depan yang akan membahas kasus pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dituduh terkait Partai Komunis Indonesia (PKI) maupun organisasi sayapnya.
Direktur Eksekutif HRW, Kenneth Roth, pada hari Rabu (13/4/2016), mengatakan bahwa pembantaian itu “merupakan salah satu kejahatan yang paling mengerikan”.
Tidak ada angka resmi untuk jumlah orang yang tewas, namun para peneliti memperkirakan ada setengah juta orang. Peran atau keterlibatan AS secara rahasia dalam kasus itu terus menjadi sorotan. Terlebih, pada saat itu, AS melihat Indonesia sebagai benteng dalam upaya untuk menggagalkan pengaruh komunis Uni Soviet dan China di Asia Tenggara.
”Kami ingin tahu keterlibatan dan tingkat kerja antra Pemerintah AS dan para pembunuh pada tahun 1965,” kata Roth, seperti dikutip ABC.
”Siapa yang tahu apa dan apa yang menjadi saluran komunikasi? Apakah ada nama-nama (tersangka komunis) yang disampaikan oleh Pemerintah AS kepada Pemerintah Indonesia dan apa yang terjadi kepada orang-orang,” lanjut Roth.
Komisi Hak Asasi Manusia di Indonesia pada bulan lalu telah meminta Presiden Barack Obama untuk menyingkap file rahasia dari CIA dan badan-badan lain yang bisa menunjukkan bagaimana pembunuhan massal kala itu direncanakan dan sejauh mana Amerika Serikat berkolaborasi dengan militer Indonesia.
AS menyatkan sedang mengkaji permintaan tersebut. Sebelumnya, AS telah merilis dokumen yang berhubungan dengan kekejaman di Chili dan negara-negara lain.
HRW minta AS membeberkan peran rahasia Washington kala itu, mengingat AS sangat berkepentingan membendung pengaruh komunis Soviet dan China di Asia Tenggara.
Desakan HRW itu muncul menjelang konferensi bersama Kontras di Indonesia pada pekan depan yang akan membahas kasus pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dituduh terkait Partai Komunis Indonesia (PKI) maupun organisasi sayapnya.
Direktur Eksekutif HRW, Kenneth Roth, pada hari Rabu (13/4/2016), mengatakan bahwa pembantaian itu “merupakan salah satu kejahatan yang paling mengerikan”.
Tidak ada angka resmi untuk jumlah orang yang tewas, namun para peneliti memperkirakan ada setengah juta orang. Peran atau keterlibatan AS secara rahasia dalam kasus itu terus menjadi sorotan. Terlebih, pada saat itu, AS melihat Indonesia sebagai benteng dalam upaya untuk menggagalkan pengaruh komunis Uni Soviet dan China di Asia Tenggara.
”Kami ingin tahu keterlibatan dan tingkat kerja antra Pemerintah AS dan para pembunuh pada tahun 1965,” kata Roth, seperti dikutip ABC.
”Siapa yang tahu apa dan apa yang menjadi saluran komunikasi? Apakah ada nama-nama (tersangka komunis) yang disampaikan oleh Pemerintah AS kepada Pemerintah Indonesia dan apa yang terjadi kepada orang-orang,” lanjut Roth.
Komisi Hak Asasi Manusia di Indonesia pada bulan lalu telah meminta Presiden Barack Obama untuk menyingkap file rahasia dari CIA dan badan-badan lain yang bisa menunjukkan bagaimana pembunuhan massal kala itu direncanakan dan sejauh mana Amerika Serikat berkolaborasi dengan militer Indonesia.
AS menyatkan sedang mengkaji permintaan tersebut. Sebelumnya, AS telah merilis dokumen yang berhubungan dengan kekejaman di Chili dan negara-negara lain.
(mas)