Lindungi Warga Kristen dari Al-Shabab, Guru Muslim Dapat Anumerta
A
A
A
NAIROBI - Salah Farah, guru Muslim Kenya yang melindungi para penumpang Kristen di bus saat akan dibantai kelompok Al-Shabab telah meninggal. Namun, Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, memberikan anumerta tertinggi untuk guru itu.
Salah Farah pada Desember lalu berdiri pasang badan untuk para penumpang Kristen ketika para militan Al-Shabab menyerbu bus mereka. Shalat Farah diperintahkan memisahkan diri dengan para penumpang Kristen, namun dia justru memberikanpilihan, membunuhnya atau meninggalkan bus.
Setelah tiga bulan berlalu, ayah lima anak ini yang telah meninggal ini mendapat penghormatan besar selevel pahlawan militer. Presiden Kenyatta menghormati keberaniannya.
Presiden Kenyatta, seperti dikutip Fox News, Sabtu (2/4/2016), mengatakan penghargaan Order Of The Grand Warrior—salah satu penghargaan tertinggi di negara itu—untuk SalahFarah.
Pada 21 Desember 2015, Shalat Farah dan sekitar 60 penumpang lain melakukan perjalanan dari Ibu Kota, Nairobi ke Kota Mandera. Di tengah perjalanan, bus mereka ditembaki kelompok Al-Shabab sebelum akhirnya para militan kelompok ini menyerbu ke dalam bus.
Para militan bersenjata memerintahkan agar para penumpang Muslim dan Kristen memisahkan diri.Namun, SalahFarah, yang merupakan wakil kepala sekolah dasar Kota Mandera dan penumpang Muslim lainnya menolak untuk menuruti perintah para militan.
Guru itu justru meminta para militan membunuh dia dan semua penumpang atau meninggalkan mereka sendirian.
SalahFarah terkena tembakan di pinggul dan lengannya terkena serpihan peluru. Dia meninggal sebulan kemudian saat menjalani operasi.
Sebelum meninggal, SalahFarah mengatakan The Daily Nation kata-kata terakhir sebelum dia ditembak. ”Kami meminta mereka untuk membunuh kami semua atau meninggalkan kami sendirian,” katanya kala itu.
”Orang-orang harus hidup damai bersama-sama,” ujarnya saat berada di ranjang rumah sakit.
”Kami adalah saudara. Ini hanya agama yang berbeda, jadi saya meminta saudara saya umat Islam untuk mengurus orang-orang Kristen sehingga orang-orang Kristen juga mengurus kami. Dan mari kita saling membantu dan biarkan kami hidup bersama secara damai,” ujarnya.
Salah Farah pada Desember lalu berdiri pasang badan untuk para penumpang Kristen ketika para militan Al-Shabab menyerbu bus mereka. Shalat Farah diperintahkan memisahkan diri dengan para penumpang Kristen, namun dia justru memberikanpilihan, membunuhnya atau meninggalkan bus.
Setelah tiga bulan berlalu, ayah lima anak ini yang telah meninggal ini mendapat penghormatan besar selevel pahlawan militer. Presiden Kenyatta menghormati keberaniannya.
Presiden Kenyatta, seperti dikutip Fox News, Sabtu (2/4/2016), mengatakan penghargaan Order Of The Grand Warrior—salah satu penghargaan tertinggi di negara itu—untuk SalahFarah.
Pada 21 Desember 2015, Shalat Farah dan sekitar 60 penumpang lain melakukan perjalanan dari Ibu Kota, Nairobi ke Kota Mandera. Di tengah perjalanan, bus mereka ditembaki kelompok Al-Shabab sebelum akhirnya para militan kelompok ini menyerbu ke dalam bus.
Para militan bersenjata memerintahkan agar para penumpang Muslim dan Kristen memisahkan diri.Namun, SalahFarah, yang merupakan wakil kepala sekolah dasar Kota Mandera dan penumpang Muslim lainnya menolak untuk menuruti perintah para militan.
Guru itu justru meminta para militan membunuh dia dan semua penumpang atau meninggalkan mereka sendirian.
SalahFarah terkena tembakan di pinggul dan lengannya terkena serpihan peluru. Dia meninggal sebulan kemudian saat menjalani operasi.
Sebelum meninggal, SalahFarah mengatakan The Daily Nation kata-kata terakhir sebelum dia ditembak. ”Kami meminta mereka untuk membunuh kami semua atau meninggalkan kami sendirian,” katanya kala itu.
”Orang-orang harus hidup damai bersama-sama,” ujarnya saat berada di ranjang rumah sakit.
”Kami adalah saudara. Ini hanya agama yang berbeda, jadi saya meminta saudara saya umat Islam untuk mengurus orang-orang Kristen sehingga orang-orang Kristen juga mengurus kami. Dan mari kita saling membantu dan biarkan kami hidup bersama secara damai,” ujarnya.
(mas)