Aktivis Bongkar Suap Seks Pejabat China via Film Dokumenter
A
A
A
BEIJING - Sekelompok aktivis membongkar praktik suap seks yang melibatkan para pejabat pemerintah China melalui film dokumenter. Film itu sekaligus sebagai kampanye melawan pelecahan seksual dengan korban para siswi.
Film tersebut sengaja membuka rahasia kotor dari pejabat sekolah yang menyuap para pejabat pemerintah dengan “menyuguhkan” gadis-gadis muda. Film bertajuk “Hooligan Sparrow” itu merupakan kisah aktivis Ye Haiyan alias Hooligan Sparrow dalam mengungkap skandal kotor pejabat China yang dia sebut sebagai “korupsi seksual”.
Sutradara film, Nanfu Wang, yang merupakan pengagum Haiyan tertarik menggarap film itu.
Film itu bermula dari protes sekelompok aktivis termasuk Hooligan Sparrow atas dugaan pemerkosaan terhadap enam gadis oleh kepala sekolah dan pejabat pemerintah China. Gadis-gadis itu ditemukan tak sadarkan diri di hari hotel setelah insiden itu, dan satu-satunya bukti pada saat itu adalah video surveillance yang menunjukkan gadis-gadis tersebut berjalan ke hotel.
Para gadis mengklaim bahwa mereka dilecehkan secara seksual, tetapi pejabat pemerintah dan kepala sekolah menyangkalnya.
“Para pengacara percaya itu kejahatan terorganisir, bahwa pejabat sekolah menyuguhkan gadis-gadis muda sebagai suap kepada pejabat pemerintah. Ketika gadis-gadis itu dibawa ke rumah sakit untuk check-up, hasilnya menunjukkan bahwa mereka mengalami pelecehan seksual,” kata Wang, seperti dikutip IB Times, Sabtu (19/3/2016).
“Ada kecurigaan bahwa gadis-gadis muda telah dibius. Media juga melaporkan bahwa gadis-gadis menerima hadiah—ponsel dan pakaian dari kepala sekolah—yang membuat kasus itu bukan pemerkosaan tetapi prostitusi karena hukum di China mengatakan selama Anda dapat membuktikan ada uang yang telah diterima, itu prostitusi,” lanjut Wang.
Tapi, film itu berbuntut panjang. Sutradara dan para aktivis menerima ancaman pembunuhan dari polisi rahasia yang bertindak mirip sekelompok geng.
”Ketika saya sedang syuting, saya takut setiap hari karena kami dikejar dari tempat ke tempat. Kami harus bersembunyi. Setiap hari saya takut bahwa kita akan ditangkap atau mereka (polisi) akan mengetahui bahwa saya sedang syuting dan menyita semua peralatan,” kata Wang.
Meski mendapat ancaman pembunuhan, Hooligan Sparrow, tidak gentar. Dia semula khawatir dengan putrinya yang masih remaja. Tapi, putrinya itu justru membakar tekadnya. Ketika suatu hari diberitahu oleh Wang bahwa ada polisi rahasia di lantai bawah, gadis 13 tahun tersebut mengatakan dengan singkat; ”Kami sudah ditakdirkan!”
Tapi cerita ini jauh dari selesai. Salah satu pemeran utama dalam film, Wang Yu, salah satu dari dua pengacara hak asasi manusia perempuan di China, secara resmi ditangkap pada 9 Juli 2015 dan dituduh ”menggulingkan pemerintah.”. Tuduhan itu bisa membuatnya dihukum penjara seumur hidup. Dia masih ditahan tanpa proses pengadilan.
Komisaris Tinggi Dewan HAM PBB mengeluarkan pernyataan pada tanggal 10 Maret 2016 lalu. "Kami mengungkapkan keprihatinan yang mendalam pada tindakan keras tanpa henti dari kejadian yang dialami masyarakat sipil di China, dan penindasan ini kini telah diperluas yang mencakup pembela hak asasi manusia, penjual buku yang vokal dan pengacara,” bunyi pernyataan komisaris itu.
Film tersebut sengaja membuka rahasia kotor dari pejabat sekolah yang menyuap para pejabat pemerintah dengan “menyuguhkan” gadis-gadis muda. Film bertajuk “Hooligan Sparrow” itu merupakan kisah aktivis Ye Haiyan alias Hooligan Sparrow dalam mengungkap skandal kotor pejabat China yang dia sebut sebagai “korupsi seksual”.
Sutradara film, Nanfu Wang, yang merupakan pengagum Haiyan tertarik menggarap film itu.
Film itu bermula dari protes sekelompok aktivis termasuk Hooligan Sparrow atas dugaan pemerkosaan terhadap enam gadis oleh kepala sekolah dan pejabat pemerintah China. Gadis-gadis itu ditemukan tak sadarkan diri di hari hotel setelah insiden itu, dan satu-satunya bukti pada saat itu adalah video surveillance yang menunjukkan gadis-gadis tersebut berjalan ke hotel.
Para gadis mengklaim bahwa mereka dilecehkan secara seksual, tetapi pejabat pemerintah dan kepala sekolah menyangkalnya.
“Para pengacara percaya itu kejahatan terorganisir, bahwa pejabat sekolah menyuguhkan gadis-gadis muda sebagai suap kepada pejabat pemerintah. Ketika gadis-gadis itu dibawa ke rumah sakit untuk check-up, hasilnya menunjukkan bahwa mereka mengalami pelecehan seksual,” kata Wang, seperti dikutip IB Times, Sabtu (19/3/2016).
“Ada kecurigaan bahwa gadis-gadis muda telah dibius. Media juga melaporkan bahwa gadis-gadis menerima hadiah—ponsel dan pakaian dari kepala sekolah—yang membuat kasus itu bukan pemerkosaan tetapi prostitusi karena hukum di China mengatakan selama Anda dapat membuktikan ada uang yang telah diterima, itu prostitusi,” lanjut Wang.
Tapi, film itu berbuntut panjang. Sutradara dan para aktivis menerima ancaman pembunuhan dari polisi rahasia yang bertindak mirip sekelompok geng.
”Ketika saya sedang syuting, saya takut setiap hari karena kami dikejar dari tempat ke tempat. Kami harus bersembunyi. Setiap hari saya takut bahwa kita akan ditangkap atau mereka (polisi) akan mengetahui bahwa saya sedang syuting dan menyita semua peralatan,” kata Wang.
Meski mendapat ancaman pembunuhan, Hooligan Sparrow, tidak gentar. Dia semula khawatir dengan putrinya yang masih remaja. Tapi, putrinya itu justru membakar tekadnya. Ketika suatu hari diberitahu oleh Wang bahwa ada polisi rahasia di lantai bawah, gadis 13 tahun tersebut mengatakan dengan singkat; ”Kami sudah ditakdirkan!”
Tapi cerita ini jauh dari selesai. Salah satu pemeran utama dalam film, Wang Yu, salah satu dari dua pengacara hak asasi manusia perempuan di China, secara resmi ditangkap pada 9 Juli 2015 dan dituduh ”menggulingkan pemerintah.”. Tuduhan itu bisa membuatnya dihukum penjara seumur hidup. Dia masih ditahan tanpa proses pengadilan.
Komisaris Tinggi Dewan HAM PBB mengeluarkan pernyataan pada tanggal 10 Maret 2016 lalu. "Kami mengungkapkan keprihatinan yang mendalam pada tindakan keras tanpa henti dari kejadian yang dialami masyarakat sipil di China, dan penindasan ini kini telah diperluas yang mencakup pembela hak asasi manusia, penjual buku yang vokal dan pengacara,” bunyi pernyataan komisaris itu.
(mas)