Dubes Inggris: Tak Adil Salahkan Umat Islam atas Aksi Terorisme
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, mengatakan, sangat tidak adil bila menyalahkan seluruh umat Islam atas aksi terorisme yang dilakukan sejumlah pihak yang mencatut nama Islam.
Menurutnya, kalau pun pelaku terorisme seorang Muslim, itu hanya bagian yang sangat kecil dari total umat Islam di dunia.
Moazzam mengatakan jumlah Muslim di seluruh dunia mencapai angka satu miliar orang. Sedangkan pelaku aksi terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme, kemungkinan hanya berjumlah ribuan, atau maksimal puluhan ribu orang.
”Kita tidak harus mengkriminalkan seluruh umat Muslim, satu miliar umat Muslim hanya karena sejumlah aksi yang dilakukan militan dan esktremis,” ucap Moazzam saat berbicara di acara Diplomatic Forum: Global Cooperation In Coping With Radicalism, pada Selasa (15/3/2016) di Jakarta.
”Selain itu, mayoritas orang yang menjadi korban dari aksi terorisme adalah umat Muslim, dan warga sipil yang tidak bersalah,” lanjut diplomat keturunan Pakistan tersebut.
Sementara itu, di kesempatan yang sama dia menyatakan sikap tidak setuju atas pernyataan bahwa salah satu penyebab seseorang terjerumus ke dalam ekstremisne adalah keterbelakangan, khususnya pendidikan.
DI mencontohkan, di Inggris tidak sedikit orang dengan pendidikan tinggi dan dengan kesejahteraan yang baik tapi bergabung dengan kelompok teroris. Masalah utama, kata dia, adalah adalah adanya salah pengertian mengenai agama.
Menurutnya, kalau pun pelaku terorisme seorang Muslim, itu hanya bagian yang sangat kecil dari total umat Islam di dunia.
Moazzam mengatakan jumlah Muslim di seluruh dunia mencapai angka satu miliar orang. Sedangkan pelaku aksi terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme, kemungkinan hanya berjumlah ribuan, atau maksimal puluhan ribu orang.
”Kita tidak harus mengkriminalkan seluruh umat Muslim, satu miliar umat Muslim hanya karena sejumlah aksi yang dilakukan militan dan esktremis,” ucap Moazzam saat berbicara di acara Diplomatic Forum: Global Cooperation In Coping With Radicalism, pada Selasa (15/3/2016) di Jakarta.
”Selain itu, mayoritas orang yang menjadi korban dari aksi terorisme adalah umat Muslim, dan warga sipil yang tidak bersalah,” lanjut diplomat keturunan Pakistan tersebut.
Sementara itu, di kesempatan yang sama dia menyatakan sikap tidak setuju atas pernyataan bahwa salah satu penyebab seseorang terjerumus ke dalam ekstremisne adalah keterbelakangan, khususnya pendidikan.
DI mencontohkan, di Inggris tidak sedikit orang dengan pendidikan tinggi dan dengan kesejahteraan yang baik tapi bergabung dengan kelompok teroris. Masalah utama, kata dia, adalah adalah adanya salah pengertian mengenai agama.
(mas)