Rumana, Wanita Muslim Penasihat Gedung Putih

Rabu, 09 Maret 2016 - 18:50 WIB
Rumana, Wanita Muslim Penasihat Gedung Putih
Rumana, Wanita Muslim Penasihat Gedung Putih
A A A
WASHINGTON - Rumana Ahmed, namanya memang masih asing terdengar di telinga publik, walaupun dirinya bekerja di salah satu pos utama di Gedung Putin. Rumana memang jarang muncul ke permukaan, karena memang tugasnya berada di belakang layar.

Tugas wanita keturunan Bangladesh itu tidak main-main, dia adalah penasihat di Gedung Putih, lebih tepatnya penasihat untuk Wakil Penasihat Keamanan Gedung Putin, Ben Rhodes. Dirinya adalah satu dari sekitar enam warga Muslim yang bekerja di Gedung Putih. Dan, sebagai seorang Muslim yang taat, Rumana selalu menggunakan hijab saat bekerja.

Melansir Al Arabiya pada Rabu (9/3), Rumana lahir di pinggiran Washington, yakni Gaithersburg, Maryland. Rumana mengaku, awalnya ia tidak memiliki niat atau cita-cita untuk berkarir di pemerintahan AS. Namun, semua itu berubah pada tahun 2008 lalu, saat dirinya melihat kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.

Dalam kampanyenya Obama selalu berbicara tentang harapan dan perubahan. Pidato-pidato kampanye Obama seperti melekat di kepalanya, dan pada akhirnya menarik Rumana untuk masuk di ranah pelayanan publik.

Rumana pertama kali dipekerjakan sebagai karyawan magang pada bulan Juli 2009 di kantor korespondensi presiden, dan kemudian dipromosikan sebagai staf di kantor hubungan publik. Di sana, ia bekerja di Champions of Change Program.

"Ini adalah sesuatu benar-benar tentang mengangkat Amerika sehari-hari, apakah itu pekerjaan yang mereka lakukan dalam komunitas mereka untuk pencegahan kekerasan, atau pendaftaran kesehatan. Tetapi juga membawa orang bersama-sama untuk berbagi sumber daya yang mereka miliki," kata Rumana.

Melalui karya-karyanya di Gedung Putih, ia terhubung orang banyak orang dengan gairah yang berbeda-beda. Keterampilan dia belajar dalam peran itu dan sebagai penghubung Gedung Putih membantunya untuk memiliki komunitas Muslim sendiri.

Sementara itu, sebagai seorang Muslim yang hidup dan tinggal di AS, Rumana mengaku bahwa dirinya sempat beberapa kali mengalami tindakan diskrimansi. Namun, saat ini hal semacam itu sudah tidak pernah dia rasakan lagi.

"Terakhir kali saya mengalami diskriminasi adalah tepat setelah 9/11. Saya baru saja mulai menggunakan hijab di sekolah umum, dan setelah 9/11 saya pergi melalui semua penindasan, semua pelecehan. Jujur, saya tidak pernah punya masalah dengan hal itu," ucapnya.

"Saya benar-benar merasa diberdayakan menjadi seseroang yang berhijab, karena saya pikir orang datang kepada saya untuk meminta perspektif saya dan mereka menghargai perspektif saya, karena mereka tahu bahwa saya membawa perspektif yang berbeda," sambungnya.

Sementara itu, terkait perasaan bekerja di Gedung Putih, dan memiliki koneksi langsung dengan Obama, Rumana menuturkan pada awalnya dia merasa seperti sedang bermimpi. Dia benar-benar tidak percaya bisa bekerja di Gedung Putih.

"Pertama-tama, saya tidak bisa percaya sayan berada di gedung ini. Saya sedikit lebih sadar tentang bagaimana orang mungkin melihat saya. Namun, orang-orang di sini begitu baik, mereka menatap saya seperti mereka melihat setiap orang lain. Ben, bos saya, telah memberi saya kesempatan yang menarik untuk berada di depan Presiden," tutur Rumana.

Rumana, Wanita Muslim Penasihat Gedung Putih


Rumana mengatakan posisinya di Gedung Putih adalah simbol dukungan administrasi untuk keragaman, yang mencakup umat Islam.

Dia menyadari hal itu ketika dirinya tengah dalam perjalanan resmi ke sebuah konferensi di Maroko, di mana seorang peserta muda Palestina mendekatinya, dan mengatakan bahwa dia tidak percaya Gedung Putih bisa mempekerjakan seorang wanita Muslim yang menggunakan hijab.

Sementara itu, Ben Rhodes, yang merupakan atas Rumana mengatakan, bahwa Rumana adalah reprentasi dari Amerika, representasi dari keragaman Amerika.

"Saya mengandalkan dia setiap hari, dan dia mendukung pekerjaan kami. Dimulai dari dukungan kami untuk kewirausahaan global untuk keterlibatan kami dengan komunitas Muslim; dari menyeimbangkan hubungan dengan Asia, untuk membantu normalisasi hubungan dengan Kuba," kata Rhodes.

"Dia sangat menghargai negaranya dan imannya, dan menunjukkan melalui contoh bahwa kedua hal itu tidak bertentangan. Selain itu, dia selalu memperhatikan contoh, terutama anak muda Muslim yang bertanya-tanya tentang tempat mereka di Amerika," imbuhnya.


(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5909 seconds (0.1#10.140)