Kim Jong-un Sambangi Pabrik Rudal saat Voting Sanksi PBB Ditunda
Kim Jong-un Sambangi Pabrik Rudal saat Voting Sanksi PBB Ditunda
A
A
A
PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara (Korut); Kim Jong-un, mengunjungi pabrik rudal di negaranya di saat voting penjatuhan sanksi oleh Dewan Keamanan (DK) PBB ditunda 24 jam.
Kim Jong-un memeriksa Thaesong Machine Factory dan mendesak para pekerja untuk memodernisasi fasilitas pabrik rudal itu.
Fasilitas manufaktur tersebut dikenal memproduksi komponen kunci dari teknologi rudal Korut.
”(Kunjungan pemimpin) bertujuan untuk meletakkan batu loncatan baru bagi pengembangan industri mesin negara melalui modernisasi pabrik,” tulis kantor berita KCNA, Rabu (2/3/2016), mengutip seorang juru bicara rezim Kim Jong-un.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB menunda sesi voting yang sedianya memutuskan apakah sanksi keras terhadap Pyongyang dijatuhkan atau tidak. Voting semestinya berlangsung pada 1 Maret, tapi tertunda sehari atas permintaan Rusia.
(Baca: DK PBB Ingin Menghukum Keras Korut, Begini Reaksi Rusia)
Rusia diperhitungkan dalam keputusan DK PBB karena memiliki hak veto. Sebelumnya ada kekhawatiran bahwa Rusia akan memveto sanksi keras DK PBB untuk Korut. Terlebih, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan bahwa sanksi terhadap Pyongyang jangan sampai menimbulkan masalah kemanusiaan bagi rakyat Korut.
Rancangan sanksi terhadap Korut karena menguji coba senjata nuklir yang keempat kalinya itu disusun Amerika Serikat (AS) dan didukung oleh China. Sikap China kali ini terang-terangan menjadi “oposisi” bagi Korut, padahal Beijing selama ini menjadi sekutu utama Pyongyang.
”Kesalahan menit terakhir. Seperti yang saya pahami, Amerika Serikat melakukan pemungutan suara pada resolusi hari ini, dan Rusia meminta periode peninjauan 24 jam dan kami berada di periode itu sekarang,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, kepada wartawan.
Kim Jong-un memeriksa Thaesong Machine Factory dan mendesak para pekerja untuk memodernisasi fasilitas pabrik rudal itu.
Fasilitas manufaktur tersebut dikenal memproduksi komponen kunci dari teknologi rudal Korut.
”(Kunjungan pemimpin) bertujuan untuk meletakkan batu loncatan baru bagi pengembangan industri mesin negara melalui modernisasi pabrik,” tulis kantor berita KCNA, Rabu (2/3/2016), mengutip seorang juru bicara rezim Kim Jong-un.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB menunda sesi voting yang sedianya memutuskan apakah sanksi keras terhadap Pyongyang dijatuhkan atau tidak. Voting semestinya berlangsung pada 1 Maret, tapi tertunda sehari atas permintaan Rusia.
(Baca: DK PBB Ingin Menghukum Keras Korut, Begini Reaksi Rusia)
Rusia diperhitungkan dalam keputusan DK PBB karena memiliki hak veto. Sebelumnya ada kekhawatiran bahwa Rusia akan memveto sanksi keras DK PBB untuk Korut. Terlebih, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan bahwa sanksi terhadap Pyongyang jangan sampai menimbulkan masalah kemanusiaan bagi rakyat Korut.
Rancangan sanksi terhadap Korut karena menguji coba senjata nuklir yang keempat kalinya itu disusun Amerika Serikat (AS) dan didukung oleh China. Sikap China kali ini terang-terangan menjadi “oposisi” bagi Korut, padahal Beijing selama ini menjadi sekutu utama Pyongyang.
”Kesalahan menit terakhir. Seperti yang saya pahami, Amerika Serikat melakukan pemungutan suara pada resolusi hari ini, dan Rusia meminta periode peninjauan 24 jam dan kami berada di periode itu sekarang,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, kepada wartawan.
(mas)
Explore More