Di Saat Situasi Tegang, AS Jual Bom Pintar ke Turki Rp9 Triliun
A
A
A
ANKARA - Pentagon Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan dengan Ankara untuk menjual bom pintar dengan nilai kontrak sekitar USD683 juta atau sekitar Rp9 triliun. Kesepakatan penjualan bom itu terjadi di saat situasi Timur Tengah sedang tegang.
Pada Desember lalu, Pemerintah Turki mengerahkan 25 tank dan sekitar 1.560 tentara ke Irak utara yang diprotes Baghdad karena dianggap agresi. Turki kala itu berdalih, pengerahan banyak tentara itu untuk melatih milisi Irak dalam memerangi ISIS.
Turki juga sedang menjadi sorotan setelah mengancam untuk mengerahkan pasukannya di Suriah, negara yang selama lima tahun terakhir ini dilanda perang saudara.
Meskipun situasi sedang memanas, Washington tetap menyetujui kontrak penjualan bom pintar senilai sekitar USD683 juta. Tapi, jumlah bom pintar yang akan dipasok ke Ankara itu masih dirahasiakan.
”Kesepakatan itu datang tepat waktu seperti di saat kita sedang terlibat dalam perang asimetris dan perlu bom pintar,” kata seorang pejabat militer Turki yang dikutip Defense News, semalam, tanpa menyebut namanya.
Kontrak tersebut diberikan kepada Ellwood National Forge dengan General Dynamics Ordnance and Tactical Systems. Penjualan senjata itu termasuk di dalamnya mencakup “Bunker buster BLU-109” dari nomor tak dikenal.
Bom jenis itu mengandung sekitar 550 pon senyawa peledak tinggi yang dikenal sebagai tritonal. Bom itu akan meledak di saat mencapai sasaran yang dituju.
Ini adalah penjualan yang pertama ke Turki oleh kontraktor pertahanan AS. Transaksi penjualan senjata itu akan rampung pada 2020.
Sebelumnya, AS juga telah memainkan peran aktif dalam serangan Arab Saudi dan koalisi Teluk-nya di Yaman. Peran AS sebagai penyedia bom.
Profesor Marjorie Cohn dari Thomas Jefferson School of Law mengkritik jual beli senjata AS dan Saudi yang menciptakan kesengsaraan. ”Arab Saudi telah terlibat dalam kejahatan perang, dan Amerika Serikat juga membantu dan bersekongkol dengan menyediakan Saudi dengan bantuan militer,” tulis Marjorie Cohn untuk teleSUR.
”Pada bulan November 2015, AS menjual senjata ke Arab Saudi senilai USD1,2 miliar. Ini termasuk lebih dari 10 ribu bom, amunisi, dan bagian senjata yang diproduksi oleh Raytheon dan Boeing, serta bunker buster,” lanjut Cohn.
Pada Desember lalu, Pemerintah Turki mengerahkan 25 tank dan sekitar 1.560 tentara ke Irak utara yang diprotes Baghdad karena dianggap agresi. Turki kala itu berdalih, pengerahan banyak tentara itu untuk melatih milisi Irak dalam memerangi ISIS.
Turki juga sedang menjadi sorotan setelah mengancam untuk mengerahkan pasukannya di Suriah, negara yang selama lima tahun terakhir ini dilanda perang saudara.
Meskipun situasi sedang memanas, Washington tetap menyetujui kontrak penjualan bom pintar senilai sekitar USD683 juta. Tapi, jumlah bom pintar yang akan dipasok ke Ankara itu masih dirahasiakan.
”Kesepakatan itu datang tepat waktu seperti di saat kita sedang terlibat dalam perang asimetris dan perlu bom pintar,” kata seorang pejabat militer Turki yang dikutip Defense News, semalam, tanpa menyebut namanya.
Kontrak tersebut diberikan kepada Ellwood National Forge dengan General Dynamics Ordnance and Tactical Systems. Penjualan senjata itu termasuk di dalamnya mencakup “Bunker buster BLU-109” dari nomor tak dikenal.
Bom jenis itu mengandung sekitar 550 pon senyawa peledak tinggi yang dikenal sebagai tritonal. Bom itu akan meledak di saat mencapai sasaran yang dituju.
Ini adalah penjualan yang pertama ke Turki oleh kontraktor pertahanan AS. Transaksi penjualan senjata itu akan rampung pada 2020.
Sebelumnya, AS juga telah memainkan peran aktif dalam serangan Arab Saudi dan koalisi Teluk-nya di Yaman. Peran AS sebagai penyedia bom.
Profesor Marjorie Cohn dari Thomas Jefferson School of Law mengkritik jual beli senjata AS dan Saudi yang menciptakan kesengsaraan. ”Arab Saudi telah terlibat dalam kejahatan perang, dan Amerika Serikat juga membantu dan bersekongkol dengan menyediakan Saudi dengan bantuan militer,” tulis Marjorie Cohn untuk teleSUR.
”Pada bulan November 2015, AS menjual senjata ke Arab Saudi senilai USD1,2 miliar. Ini termasuk lebih dari 10 ribu bom, amunisi, dan bagian senjata yang diproduksi oleh Raytheon dan Boeing, serta bunker buster,” lanjut Cohn.
(mas)