Sumbang PM Malaysia untuk Tumpas Teroris, Saudi Bersihkan Citra?
A
A
A
KUALA LUMPUR - Kejaksaan Agung Malaysia telah mengkonfirmasi bahwa uang 2,6 miliar Ringgit Malaysia di rekening gendut Perdana Menteri (PM) Najib Razak berasal dari keluarga Kerajaan Arab Saudi. Media Inggris, The Telegraph, melaporkan, sumbangan dana sebesar itu untuk melawan ekstremis atau teroris.
Kemarin, kantor berita BBC, memperoleh konfirmasi resmi dari sumber di Kerajaan Arab Saudi, bahwa sumbangan ke rekening PM Najib tahun 2013 itu berasal dari Raja Abdullah saat masih hidup. Tujuannya, untuk mengalahkan pengaruh Ikhwanul Muslimin yang disebut telah berafiliasi dengan kubu oposisi Malaysia. Sumbangan itu jika dikurskan dengan mata uang Indonesia hari ini, nilainya sekitar Rp8,6 triliun.
Dalam sebuah artikel tulisan kolomnis Con Coughlin di The Telegraph, disebut bahwa sumbangan dana misterius ke PM Najib itu merupakan perang rahasia yang dilancarkan oleh Arab Saudi terhadap ekstremis yang mencatut nama Islam. Sejumlah politikus Barat selama ini menuduh Saudi sebagai donatur kelompok ekstremis.
”Sejak munculnya (kelompok) Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah dan Irak, kritikus sayap kiri seperti pemimpin Partai Buruh (Inggris ) Jeremy Corbyn telah secara konsisten menuduh Saudi mendanai ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis lainnya,” tulis Coughlin.
”Tapi penyelidikan (terhadap) Najib menunjukkan sebaliknya, bukannya pendanaan terhadap ekstremis, Pemerintah Saudi telah diam-diam mendukung para pemimpin Muslim moderat di seluruh dunia sebagai bagian dari upaya mereka untuk memerangi ancaman global yang ditimbulkan oleh ekstremis Islam,” lanjut tulisan Coughlin yang diterbitkan hari Kamis kemarin.
Pendapat Coughlin sama seperti yang disampaikan sumber di Kerajaan Arab Saudi bahwa sumbangan ke PM Najib itu untuk memenangkan Pemilu di Malaysia tahun 2013, karena Najib berani mengambil sikap untuk melawan ekstremis.
”Beberapa (pihak) akan mempertanyakan mengapa Saudi memiliki minat dalam Pemilu di negara non-Arab yang jauhnya 3 ribu mil,” imbuh Coughlin. ”Jawabannya terletak pada upaya Riyadh untuk membendung pertumbuhan ekstremisme Islam di Asia Tenggara, di mana awal bulan ini ISIS mensponsori teroris untuk melakukan serangan di Ibu Kota Indonesia, Jakarta.”
Najib sendiri sudah masuk daftar pemimpin dunia yang mendapat ancaman pembunuhan dari sayap ISIS. Menurut Coughlin, negara-negara Arab pro-Barat lainnya diam-diam juga telah menerima sumbangan serupa dari Arab Saudi. Di antaranya, Yordania, Maroko dan Mesir, yang berjuang melawan ekstremisme.
”Pada saat ISIS menggunakan jutaan dolar hasil jarahan bank di Arab dan operasi penyelundupan minyak untuk mendanai pertumbuhan ideologi Islam ekstrem, Arab (Saudi) berinisiatif mendanai para pemimpin Muslim moderat,” lanjut Coughlin.
Pada hari Selasa lalu, Jaksa Agung Malaysia, Apandi Ali, membersihkan PM Najib dari tuduhan korupsi dengan menyatakan bahwa dana yang mengalir ke rekening gendutnya merupakan hadiah dari pihak Kerajaan Arab Saudi. Namun, dana itu kemudian dikembalikan lagi ke Saudi. Kendati demikian, kubu oposisi Malaysia menentang keputusan Jaksa Agung yang membersihkan Najib dari tuduhan korupsi.
Kemarin, kantor berita BBC, memperoleh konfirmasi resmi dari sumber di Kerajaan Arab Saudi, bahwa sumbangan ke rekening PM Najib tahun 2013 itu berasal dari Raja Abdullah saat masih hidup. Tujuannya, untuk mengalahkan pengaruh Ikhwanul Muslimin yang disebut telah berafiliasi dengan kubu oposisi Malaysia. Sumbangan itu jika dikurskan dengan mata uang Indonesia hari ini, nilainya sekitar Rp8,6 triliun.
Dalam sebuah artikel tulisan kolomnis Con Coughlin di The Telegraph, disebut bahwa sumbangan dana misterius ke PM Najib itu merupakan perang rahasia yang dilancarkan oleh Arab Saudi terhadap ekstremis yang mencatut nama Islam. Sejumlah politikus Barat selama ini menuduh Saudi sebagai donatur kelompok ekstremis.
”Sejak munculnya (kelompok) Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah dan Irak, kritikus sayap kiri seperti pemimpin Partai Buruh (Inggris ) Jeremy Corbyn telah secara konsisten menuduh Saudi mendanai ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis lainnya,” tulis Coughlin.
”Tapi penyelidikan (terhadap) Najib menunjukkan sebaliknya, bukannya pendanaan terhadap ekstremis, Pemerintah Saudi telah diam-diam mendukung para pemimpin Muslim moderat di seluruh dunia sebagai bagian dari upaya mereka untuk memerangi ancaman global yang ditimbulkan oleh ekstremis Islam,” lanjut tulisan Coughlin yang diterbitkan hari Kamis kemarin.
Pendapat Coughlin sama seperti yang disampaikan sumber di Kerajaan Arab Saudi bahwa sumbangan ke PM Najib itu untuk memenangkan Pemilu di Malaysia tahun 2013, karena Najib berani mengambil sikap untuk melawan ekstremis.
”Beberapa (pihak) akan mempertanyakan mengapa Saudi memiliki minat dalam Pemilu di negara non-Arab yang jauhnya 3 ribu mil,” imbuh Coughlin. ”Jawabannya terletak pada upaya Riyadh untuk membendung pertumbuhan ekstremisme Islam di Asia Tenggara, di mana awal bulan ini ISIS mensponsori teroris untuk melakukan serangan di Ibu Kota Indonesia, Jakarta.”
Najib sendiri sudah masuk daftar pemimpin dunia yang mendapat ancaman pembunuhan dari sayap ISIS. Menurut Coughlin, negara-negara Arab pro-Barat lainnya diam-diam juga telah menerima sumbangan serupa dari Arab Saudi. Di antaranya, Yordania, Maroko dan Mesir, yang berjuang melawan ekstremisme.
”Pada saat ISIS menggunakan jutaan dolar hasil jarahan bank di Arab dan operasi penyelundupan minyak untuk mendanai pertumbuhan ideologi Islam ekstrem, Arab (Saudi) berinisiatif mendanai para pemimpin Muslim moderat,” lanjut Coughlin.
Pada hari Selasa lalu, Jaksa Agung Malaysia, Apandi Ali, membersihkan PM Najib dari tuduhan korupsi dengan menyatakan bahwa dana yang mengalir ke rekening gendutnya merupakan hadiah dari pihak Kerajaan Arab Saudi. Namun, dana itu kemudian dikembalikan lagi ke Saudi. Kendati demikian, kubu oposisi Malaysia menentang keputusan Jaksa Agung yang membersihkan Najib dari tuduhan korupsi.
(mas)