Begini Cara Ginekolog Pulihkan Keperawanan Wanita Budak Seks ISIS
A
A
A
SINJAR - Organisasi non-pemerintah bernama Wadi di wilayah Kurdi, Irak utara, bekerja sama dengan ginekolog lokal mengembalikan fisik keperawanan dari para wanita Yaizidi korban budak seks ISIS yang berhasil melarikan diri. Caranya, dengan operasi pencangkokan kulit di bagian organ vital pasien.
Para wanita Yazidi korban pelampiasan nafsu militan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menderita fisik dan psikologis. Mereka selain trauma juga dikucilkan masyarakat komunitas Yazidi karena kehilangan keperawanan di luar pernikahan.
ISIS diketahui menyerang desa-desa kaum Yaizidi di Irak utara lebih dari setahun lalu. Mereka menculik ribuan perempuan untuk dijual dan dijadikan budak seks.
Staf Wadi, Cheman Rashid Abdulaziz, mengatakan kerjasama dengan ginekolog lokal juga menyediakan layanan konseling untuk menghilangkan trauma para perempuan Yazidi. Menurutnya, pemulihan keperawanan mereka bisa dilakukan dengan “melampirkan” apa yang tersisa dari hymens mereka, atau mengambil cangkok kulit dari dinding organ vital pasien.
”Salah satu hal yang paling penting adalah bahwa anak perempuan tidak harus kehilangan keperawanan mereka sampai mereka menikah, mereka harus menghilangkan keperawanan mereka kepada suami mereka,” kata Cheman Rashid.
”Jika mereka kehilangan keperawanan mereka sebelum ini, mereka bisa dibunuh oleh keluarga mereka,” lanjut dia, seperti dikutip abcnews.com.au, semalam.
”Jadi gadis-gadis yang pernah diperkosa oleh ISIS, mereka kembali dengan pikirannya seperti, ’Oke saya telah kehilangan keperawanan saya sehingga keluarga saya akan membunuh saya’,” kata Cheman Rahsid.
Wadi yang mulai berdiri pada tahun 1992 di Timur Tengah aktif melobi untuk membela hak-hak warga negara di negara-negara Timur Tengah termasuk Israel, Yordania dan Irak.
Menurut Cheman Rashid, tujuan Wadi menolong para perempuan Yazidi adalah untuk membantu mereka yang berhasil melarikan diri dari ISIS dengan mengatasi dampak mental selama disandera dan dipaksa menjadi budak seks.
“Ketika anak-anak pertama kali melarikan diri, kondisi psikologis mereka sangat buruk, beberapa dari mereka bahkan tidak bisa bicara,” tutur Cheman Rashid. ”Kebanyakan gadis-gadis ini telah mengalami pelecehan seksual, dan lainnya dipukuli hingga tewas.”
Cheman Rashid mengatakan bahwa organisasinya telah membantu sekitar 660 anak perempuan serta keluarga mereka. ”Adapun kisaran usia, kami telah membantu semua orang, tua dan muda,” katanya.
Dia mencontohkan satu kasus seorang gadis bernama Sabrine, yang berusia 14 tahun ketika ditawan oleh ISIS selama lima bulan.”Kondisi psikologisnya sangat buruk dan kami mencoba untuk memulihkan keperawanannya kembali, tapi kami tidak bisa,” keluh Cheman Rashid. ”Dia diperkosa terlalu banyak.”
Beberapa hari sebelum wawancara Sabrine dengan media,remaja perempuan menarik pisau yang diarahkan pada psikolog. Dia mengancam akan membunuh psikolog itu.
Oleh saudaranya, Sabrine dianggap tidak berharga, karena sudah tidak perawan. Dia putus asa dan merasa tidak akan pernah menemukan sosok suami. ”Yang saya inginkan adalah negara-negara lain mendengar saya dan membantu mengembalikan gadis-gadis ini,” kata Sabrine.
”Dan saya ingin ISIS untuk meninggalkan Irak dan untuk hidup saya agar dikembalikan. Yang paling penting, saya ingin keperawanan saya kembali,” ujar Sabrine.
Para wanita Yazidi korban pelampiasan nafsu militan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menderita fisik dan psikologis. Mereka selain trauma juga dikucilkan masyarakat komunitas Yazidi karena kehilangan keperawanan di luar pernikahan.
ISIS diketahui menyerang desa-desa kaum Yaizidi di Irak utara lebih dari setahun lalu. Mereka menculik ribuan perempuan untuk dijual dan dijadikan budak seks.
Staf Wadi, Cheman Rashid Abdulaziz, mengatakan kerjasama dengan ginekolog lokal juga menyediakan layanan konseling untuk menghilangkan trauma para perempuan Yazidi. Menurutnya, pemulihan keperawanan mereka bisa dilakukan dengan “melampirkan” apa yang tersisa dari hymens mereka, atau mengambil cangkok kulit dari dinding organ vital pasien.
”Salah satu hal yang paling penting adalah bahwa anak perempuan tidak harus kehilangan keperawanan mereka sampai mereka menikah, mereka harus menghilangkan keperawanan mereka kepada suami mereka,” kata Cheman Rashid.
”Jika mereka kehilangan keperawanan mereka sebelum ini, mereka bisa dibunuh oleh keluarga mereka,” lanjut dia, seperti dikutip abcnews.com.au, semalam.
”Jadi gadis-gadis yang pernah diperkosa oleh ISIS, mereka kembali dengan pikirannya seperti, ’Oke saya telah kehilangan keperawanan saya sehingga keluarga saya akan membunuh saya’,” kata Cheman Rahsid.
Wadi yang mulai berdiri pada tahun 1992 di Timur Tengah aktif melobi untuk membela hak-hak warga negara di negara-negara Timur Tengah termasuk Israel, Yordania dan Irak.
Menurut Cheman Rashid, tujuan Wadi menolong para perempuan Yazidi adalah untuk membantu mereka yang berhasil melarikan diri dari ISIS dengan mengatasi dampak mental selama disandera dan dipaksa menjadi budak seks.
“Ketika anak-anak pertama kali melarikan diri, kondisi psikologis mereka sangat buruk, beberapa dari mereka bahkan tidak bisa bicara,” tutur Cheman Rashid. ”Kebanyakan gadis-gadis ini telah mengalami pelecehan seksual, dan lainnya dipukuli hingga tewas.”
Cheman Rashid mengatakan bahwa organisasinya telah membantu sekitar 660 anak perempuan serta keluarga mereka. ”Adapun kisaran usia, kami telah membantu semua orang, tua dan muda,” katanya.
Dia mencontohkan satu kasus seorang gadis bernama Sabrine, yang berusia 14 tahun ketika ditawan oleh ISIS selama lima bulan.”Kondisi psikologisnya sangat buruk dan kami mencoba untuk memulihkan keperawanannya kembali, tapi kami tidak bisa,” keluh Cheman Rashid. ”Dia diperkosa terlalu banyak.”
Beberapa hari sebelum wawancara Sabrine dengan media,remaja perempuan menarik pisau yang diarahkan pada psikolog. Dia mengancam akan membunuh psikolog itu.
Oleh saudaranya, Sabrine dianggap tidak berharga, karena sudah tidak perawan. Dia putus asa dan merasa tidak akan pernah menemukan sosok suami. ”Yang saya inginkan adalah negara-negara lain mendengar saya dan membantu mengembalikan gadis-gadis ini,” kata Sabrine.
”Dan saya ingin ISIS untuk meninggalkan Irak dan untuk hidup saya agar dikembalikan. Yang paling penting, saya ingin keperawanan saya kembali,” ujar Sabrine.
(mas)