Israel Melarang Novel Cinta Palestina-Yahudi Diajarkan di Sekolah
A
A
A
YERUSALEM - Kementerian Pendidikan Israel melarang novel berjudul “Gader Haya” untuk diajarkan dan dijadikan bahan kurikulum di setiap sekolah. Novel itu berisi kisah cinta pria Arab Palestina dengan wanita Yahudi.
Alasan pelarangan novel yang dalam versi bahasa Inggris berjudul “Borderlife” itu karena dianggap mengancam “identitas Yahudi”. Novel itu juga dikhawatirkan mendorong orang-orang Yahudi menikah dengan orang-orang non-Yahudi.
Novel karya perempuan bernama Dorit Rabinyan itu telah memicu polemik di Israel. Para tokoh budaya dan warga yang menolak pelarangan novel itu menuduh Pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melakukan sensor keras.
Dalam sebuah surat kepada Haaretz, pejabat Kementerian Pendidikan Israel, Dalia Fenig, mengatakan novel roman Arab-Yahudi itu tidak pantas jadi rujukan siswa Israel.
”Remaja, pemuda cenderung melamun, dalam banyak kasus, titik pandang sistematis mencakup pertimbangan tentang menjaga identitas bangsa dan pentingnya asimilasi,” kata Fenig, mengacu pada misi mempertahankan etnis Yahudi.
Selain itu, Fenig mengatakan bahwa novel itu bisa memicu ketegangan agama di dalam kelas. Sejak dilarang di sekolah, novel itu dilaporkan laris terjual di Israel.
Menteri Pendidikan Israel, Naftali Bennett, kepada stasiun televisi Channel 2, mengatakan bahwa novel “Borderlife” tidak cocok untuk remaja karena menggambarkan tentara Israel sebagai sosok sadis dan warga Palestina digambarkaan menderita di penjara.
”Haruskah saya memaksa anak-anak Israel untuk membaca ini? Apakah ini menjadi prioritas utama?,” tanya Bennett, yang dilansir Jumat (1/1/2016).
Alasan pelarangan novel yang dalam versi bahasa Inggris berjudul “Borderlife” itu karena dianggap mengancam “identitas Yahudi”. Novel itu juga dikhawatirkan mendorong orang-orang Yahudi menikah dengan orang-orang non-Yahudi.
Novel karya perempuan bernama Dorit Rabinyan itu telah memicu polemik di Israel. Para tokoh budaya dan warga yang menolak pelarangan novel itu menuduh Pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melakukan sensor keras.
Dalam sebuah surat kepada Haaretz, pejabat Kementerian Pendidikan Israel, Dalia Fenig, mengatakan novel roman Arab-Yahudi itu tidak pantas jadi rujukan siswa Israel.
”Remaja, pemuda cenderung melamun, dalam banyak kasus, titik pandang sistematis mencakup pertimbangan tentang menjaga identitas bangsa dan pentingnya asimilasi,” kata Fenig, mengacu pada misi mempertahankan etnis Yahudi.
Selain itu, Fenig mengatakan bahwa novel itu bisa memicu ketegangan agama di dalam kelas. Sejak dilarang di sekolah, novel itu dilaporkan laris terjual di Israel.
Menteri Pendidikan Israel, Naftali Bennett, kepada stasiun televisi Channel 2, mengatakan bahwa novel “Borderlife” tidak cocok untuk remaja karena menggambarkan tentara Israel sebagai sosok sadis dan warga Palestina digambarkaan menderita di penjara.
”Haruskah saya memaksa anak-anak Israel untuk membaca ini? Apakah ini menjadi prioritas utama?,” tanya Bennett, yang dilansir Jumat (1/1/2016).
(mas)