Rwanda Tolak Bergabung dengan Pasukan Perdamaian UA
A
A
A
KIGALI - Presiden Rwanda, Paul Kagame menyatakan, negaranya tidak akan bergabung dengan pasukan perdamaian Uni Afrika (UA) yang akan diterjunkan di Burundi. Hal ini dilakukan sebagai protes atas tudingan negaranya mempersenjatai kelompok pemberontak Burundi.
"Kami akan membuat segala sesuatunya menjadi jelas bahwa kami tidak akan menjadi bagian dari kontingen pasukan penjaga perdamaian yang akan dikirimkan ke Burundi," kata Kagame seperti dikutip dari Daily Nation, Rabu (23/12/2015).
Meski mengatakan tidak akan ikut ambil bagian dalam pasukan perdamaian bagi Rwanda, Kagame menyatakan akan tetap berkontribusi untuk mengembalikan situasi di negara tetangganya itu.
"Menurut saya, yang paling penting adalah menjawab bagaimana Burundi dibantu menemukan solusi politik. Ini bukan masalah militer, meskipun kita melihat banyak hal terjadi di sana yang mungkin memerlukan penggunaan beberapa tingkat intervensi untuk membungkan senjata," katanya.
Kerusuhan meletus di Burundi sejak bulan April lalu ketika Presiden Pierre Nkurunziza mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden untuk masa jabatan ketiga kalinya.
Kerusuhan ini pun berubah menjadi bentrokan bersenjata. Burundi lantas menuding Rwanda mendukung pemberontak bersenjata dan lawan politik Nkurunziza.
"Kami akan membuat segala sesuatunya menjadi jelas bahwa kami tidak akan menjadi bagian dari kontingen pasukan penjaga perdamaian yang akan dikirimkan ke Burundi," kata Kagame seperti dikutip dari Daily Nation, Rabu (23/12/2015).
Meski mengatakan tidak akan ikut ambil bagian dalam pasukan perdamaian bagi Rwanda, Kagame menyatakan akan tetap berkontribusi untuk mengembalikan situasi di negara tetangganya itu.
"Menurut saya, yang paling penting adalah menjawab bagaimana Burundi dibantu menemukan solusi politik. Ini bukan masalah militer, meskipun kita melihat banyak hal terjadi di sana yang mungkin memerlukan penggunaan beberapa tingkat intervensi untuk membungkan senjata," katanya.
Kerusuhan meletus di Burundi sejak bulan April lalu ketika Presiden Pierre Nkurunziza mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden untuk masa jabatan ketiga kalinya.
Kerusuhan ini pun berubah menjadi bentrokan bersenjata. Burundi lantas menuding Rwanda mendukung pemberontak bersenjata dan lawan politik Nkurunziza.
(ian)