Politikus Moderat, Cucu Khomeini Didukung Gantikan Khamenei
A
A
A
TEHERAN - Hassan Khomeini, cucu Ayatollah Ruhollah Khomeini sang pendiri Revolusi Iran tahun 1979 didukung untuk maju dalam pemilihan Pemimpin Tertinggi Iran untuk menggantikan Ayatollah Ali Khamenei.
Khamenei sang tokoh incumbent, tidak masalah jika cucu Khomeini akan jadi kandidat calon penggantinya. Dia hanya berpesan, agar Hassan Khomeini menjaga nama baik kakeknya agar tidak jatuh dalam jurang kehinaan.
Pendaftaran untuk calon Pemimpin Tertinggi Iran dibuka kemarin. Majunya Hassan Khomeini sekaligus menguji popularitas keluarga pendiri Revolusi Iran. Pemilihan itu rencananya digelar Februari 2016 mendatang.
Munculnya sosok cucu Khomeini ini juga diprediksi akan memicu perselisihan antara kelompok garis keras dan kelompok moderat. Sebab, Pemimpin Tertinggi Iran akan menentukan garis politik di negara itu.
Hassan Khomeini, 43, dikenal sebagai seorang ulama dan politikus moderat Iran. Teman dari keluarga dan sumber yang dekat dengannya mengungkap kesediaan Hassan Khomeini maju dalam pemilihan itu. Dengan pendukung yang kuat, dia diyakini akan meraih simpati dari majelis pemilih yang beranggotakan sekitar 88 orang.
Selain dikenal sebagai ulama dan politikus moderrat, Hassan Khomeini juga yang memiliki hubungan dekat dengan tokoh reformis.
Seorang sumber yang dekat dengan Hassan Khomeini mengatakan, bahwa dia telah menerima persetujuan dari tokoh incumbent, Ayatollah Ali Khamenei, pada pertemuan pekan lalu. Hanya saja, Khamenei berpesan pada Hassan Khomeini agar dia tidak membawa nama kakeknya ke dalam kehinaan.
“Khamenei mengatakan kepadanya; ‘Tidak ada masalah (dengan majunya Anda), hanya berhati-hati agar tidak merusak nama Khomeini dan menghormatinya,” kata sumber itu, seperti dikutip Reuters, Jumat (18/12/2016).
Khamenei sang tokoh incumbent, tidak masalah jika cucu Khomeini akan jadi kandidat calon penggantinya. Dia hanya berpesan, agar Hassan Khomeini menjaga nama baik kakeknya agar tidak jatuh dalam jurang kehinaan.
Pendaftaran untuk calon Pemimpin Tertinggi Iran dibuka kemarin. Majunya Hassan Khomeini sekaligus menguji popularitas keluarga pendiri Revolusi Iran. Pemilihan itu rencananya digelar Februari 2016 mendatang.
Munculnya sosok cucu Khomeini ini juga diprediksi akan memicu perselisihan antara kelompok garis keras dan kelompok moderat. Sebab, Pemimpin Tertinggi Iran akan menentukan garis politik di negara itu.
Hassan Khomeini, 43, dikenal sebagai seorang ulama dan politikus moderat Iran. Teman dari keluarga dan sumber yang dekat dengannya mengungkap kesediaan Hassan Khomeini maju dalam pemilihan itu. Dengan pendukung yang kuat, dia diyakini akan meraih simpati dari majelis pemilih yang beranggotakan sekitar 88 orang.
Selain dikenal sebagai ulama dan politikus moderrat, Hassan Khomeini juga yang memiliki hubungan dekat dengan tokoh reformis.
Seorang sumber yang dekat dengan Hassan Khomeini mengatakan, bahwa dia telah menerima persetujuan dari tokoh incumbent, Ayatollah Ali Khamenei, pada pertemuan pekan lalu. Hanya saja, Khamenei berpesan pada Hassan Khomeini agar dia tidak membawa nama kakeknya ke dalam kehinaan.
“Khamenei mengatakan kepadanya; ‘Tidak ada masalah (dengan majunya Anda), hanya berhati-hati agar tidak merusak nama Khomeini dan menghormatinya,” kata sumber itu, seperti dikutip Reuters, Jumat (18/12/2016).
(mas)