Amerika Desak Turki Tarik Tentara 'Penginvasi' Irak
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) telah mendesak Turki untuk menarik para tentaranya dari wilayah Irak utara yang dianggap Baghdad sebagai tindakan “invasi”. Washington juga minta Ankara untuk menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah Irak.
Wakil Presiden AS, Joe Biden, telah berbicara dengan Perdana Menteri (PM) Irak, Haider al-Abadi, mengenai tindakan Turki yang mengerahkan ratusan tentaranya ke wilayah Irak utara.
“Wakil Presiden menegaskan kembali komitmen AS untuk kedaulatan dan integritas teritorial Irak, dan meminta Turki untuk melakukan hal yang sama dengan menarik setiap pasukan militer dari wilayah Irak yang belum disahkan oleh Pemerintah Irak,” kata pihak Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Russia Today, Kamis (17/12/2015).
Pembicaraan antara Biden dan Al-Abadi terjadi dua hari setelah pembicaraan Biden dengan Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu. Biden mendesak Ankara untuk melanjutkan dialog dengan Baghdad, terutama dalam upaya memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
”Wakil Presiden menegaskan bahwa setiap kehadiran militer asing di Irak harus dengan persetujuan penuh dari Pemerintah Irak,” imbuh pernyataan Gedung Putih.
Hubungan antara Ankara dan Baghdad mulai retak setelah Turki pada 4 Desember 2015 menyebar sekitar 150 tentara yang didukung oleh artileri dan sekitar 25 tank ke Kamp Bashiqa, dekat Kota Mosul, Irak utara yang dikuasai ISIS. Irak merasa tidak pernah meminta kehadiran tentara asing di wilayahnya dan menganggap Turki melakukan “invasi”.
Wakil Presiden AS, Joe Biden, telah berbicara dengan Perdana Menteri (PM) Irak, Haider al-Abadi, mengenai tindakan Turki yang mengerahkan ratusan tentaranya ke wilayah Irak utara.
“Wakil Presiden menegaskan kembali komitmen AS untuk kedaulatan dan integritas teritorial Irak, dan meminta Turki untuk melakukan hal yang sama dengan menarik setiap pasukan militer dari wilayah Irak yang belum disahkan oleh Pemerintah Irak,” kata pihak Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Russia Today, Kamis (17/12/2015).
Pembicaraan antara Biden dan Al-Abadi terjadi dua hari setelah pembicaraan Biden dengan Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu. Biden mendesak Ankara untuk melanjutkan dialog dengan Baghdad, terutama dalam upaya memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
”Wakil Presiden menegaskan bahwa setiap kehadiran militer asing di Irak harus dengan persetujuan penuh dari Pemerintah Irak,” imbuh pernyataan Gedung Putih.
Hubungan antara Ankara dan Baghdad mulai retak setelah Turki pada 4 Desember 2015 menyebar sekitar 150 tentara yang didukung oleh artileri dan sekitar 25 tank ke Kamp Bashiqa, dekat Kota Mosul, Irak utara yang dikuasai ISIS. Irak merasa tidak pernah meminta kehadiran tentara asing di wilayahnya dan menganggap Turki melakukan “invasi”.
(mas)