Rusia Tak Pernah Dukung Kelompok Tertentu di Suriah
A
A
A
JAKARTA - Rusia menegaskan, mereka tidak pernah mendukung salah satu kelompok politik di Suriah. Meski selama ini Rusia kerap disebut mendukung penuh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, namun tujuan utama Rusia di Suriah bukanlah mempertahankan Assad di posisinya.
Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhael Y Galuzin, pihaknya tidak mendukung Assad. Rusia, lanjut Galuzin, hanya bekerjasama dengan rezim Assad untuk bisa mengalahkan ISIS dan kelompok teror lainnya.
"Rusia tidak pernah mendukung satu kelompok politik di Suriah. Kami hanya bekerjasama demi memberantas ISIS, dimana pemerintah Suriah yang memiliki pasukan di darat," ucap Galuzin pada Selasa (8/12).
Sementara itu terkait keinginan Barat agar Assad mundur, Galuzin menyatakan, belum tentu setelah Assad mundur Suriah akan lebih baik. "Tidak berarti jika Assad lengser maka situasi akan membaik," sambungnya.
Dirinya menyatakan, harus ada transisi politik yang matang terlebih dahulu di Suriah, sebelum akhirnya diputuskan Assad mundur atau tidak. Libya adalah salah satu contoh kurang matangnya masa transisi, yang membuat negara tersebut terlibat konflik selama kurang lebih empat tahun.
Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhael Y Galuzin, pihaknya tidak mendukung Assad. Rusia, lanjut Galuzin, hanya bekerjasama dengan rezim Assad untuk bisa mengalahkan ISIS dan kelompok teror lainnya.
"Rusia tidak pernah mendukung satu kelompok politik di Suriah. Kami hanya bekerjasama demi memberantas ISIS, dimana pemerintah Suriah yang memiliki pasukan di darat," ucap Galuzin pada Selasa (8/12).
Sementara itu terkait keinginan Barat agar Assad mundur, Galuzin menyatakan, belum tentu setelah Assad mundur Suriah akan lebih baik. "Tidak berarti jika Assad lengser maka situasi akan membaik," sambungnya.
Dirinya menyatakan, harus ada transisi politik yang matang terlebih dahulu di Suriah, sebelum akhirnya diputuskan Assad mundur atau tidak. Libya adalah salah satu contoh kurang matangnya masa transisi, yang membuat negara tersebut terlibat konflik selama kurang lebih empat tahun.
(esn)