Beda Alasan Orang Indonesia dan Eropa Gabung ISIS
A
A
A
JAKARTA - Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, memberikan penjelasan mengenai perbedaan alasan antara orang Indonesia dan Eropa ketika memutuskan untuk bergabung dengan ISIS. Perbedaan itu dia ketahui dari wawancara terhadap orang-orang yang pernah gabung dengan ISIS.
Menurut Sidney Jones, alasan orang-orang Eropa bergabung dengan ISIS adalah karena adanya diskriminasi dari orang-orang disekitarnya. Sedangkan orang-orang Indonesia yang pernah bergabung dengan ISIS karena murni tertarik.
”Inilah yang menarik, ternyata ada perbedaan besar antara motivasi antara orang-orang Eropa dan Indonesia ketika bergabung dengan ISIS,” katanya, pada Kamis (26/11/2015).
”Orang-orang Eropa banyak yang bergabung dengan ISIS karena mereka merasa di negaranya menjadi korban diskriminasi atau ketidakadilan suatu hukum sehingga mendorong mereka untuk bergabung dengan ISIS yang dinilai lebih terbuka dan bebas,” lanjut dia.
Sedangkan di Indonesia sangat bertolak belakang, karena tidak ada diskriminasi. Mereka, kata Jones, benar-benar murni ingin menjadi bagian dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). ”Itulah sebenarnya yang harus kita antisipasi, iming-imingnya kelompok ekstrimis itu,” katanya.
Menurut Sidney Jones, alasan orang-orang Eropa bergabung dengan ISIS adalah karena adanya diskriminasi dari orang-orang disekitarnya. Sedangkan orang-orang Indonesia yang pernah bergabung dengan ISIS karena murni tertarik.
”Inilah yang menarik, ternyata ada perbedaan besar antara motivasi antara orang-orang Eropa dan Indonesia ketika bergabung dengan ISIS,” katanya, pada Kamis (26/11/2015).
”Orang-orang Eropa banyak yang bergabung dengan ISIS karena mereka merasa di negaranya menjadi korban diskriminasi atau ketidakadilan suatu hukum sehingga mendorong mereka untuk bergabung dengan ISIS yang dinilai lebih terbuka dan bebas,” lanjut dia.
Sedangkan di Indonesia sangat bertolak belakang, karena tidak ada diskriminasi. Mereka, kata Jones, benar-benar murni ingin menjadi bagian dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). ”Itulah sebenarnya yang harus kita antisipasi, iming-imingnya kelompok ekstrimis itu,” katanya.
(mas)