Cairkan Ketegangan, Netanyahu Bertemu dengan Obama
Selasa, 10 November 2015 - 18:47 WIB

Cairkan Ketegangan, Netanyahu Bertemu dengan Obama
A
A
A
WASHINGTON - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bertemu dengan kompatriotnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, di Gedung Putih, Senin (9/11/2015). Pertemuan dua pemimpin ini seolah untuk memperbaiki hubungan keduanya yang sempat tegang akibat perjanjian nuklir internasional.
Seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (10/11/2015), pertemuan keduanya terlihat cair dan tidak menunjukkan tanda-tanda penuh ketegangan. Keduanya terlihat sangat ramah satu sama lain dan berbicara secara lugas, mengingat ini adalah pertemuan pertama mereka dalam 13 bulan terakhir.
Pertemuan keduanya ini dilakukan di tengah aksi penusukan yang dilakukan oleh warga Palestina dan putusan tembak di tempat yang diterapkan oleh otoritas keamanan Israel terhadap para pelaku penyerangan. Eskalasi ini pun membuat Obama menyimpulkan, bahwa kesepakatan damai Palestina dan Israel berada di luar jangkauannya, karena ia hanya tinggal 14 bulan lagi memerintah AS.
Meski begitu, Obama mengutuk aksi kekerasan yang terjadi dan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri. Namun, ia mengatakan ingin mendengar ide-ide Netanyahu sendiri untuk menurunkan ketegangan dan memastikan aspirasi Palestina yang sah bisa terpenuhi.
Netanyahu sendiri mengaku mendukung solusi dua negara, tetapi meminta Palestina harus demiliterisasi dan mengakui Israel sebagai tanah air orang-orang Yahudi. Persyaratan ini sendiri telah dimentahkan oleh Palestina.
Pembicaraan damai antara Israel dan Palestina yang disponsori oleh AS runtuh pada tahun 2014. Aksi kekerasan yang terjadi diantara kedua belah pihak pada bulan lalu membuat sejumlah pihak mendesak keduanya untuk segera mengakhirinya, mengingat semakin banyak korban yang berjatuhan. Tercatat 10 warga Israel dan 75 orang warga Palestina tewas sejak 1 Oktober lalu.
Seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (10/11/2015), pertemuan keduanya terlihat cair dan tidak menunjukkan tanda-tanda penuh ketegangan. Keduanya terlihat sangat ramah satu sama lain dan berbicara secara lugas, mengingat ini adalah pertemuan pertama mereka dalam 13 bulan terakhir.
Pertemuan keduanya ini dilakukan di tengah aksi penusukan yang dilakukan oleh warga Palestina dan putusan tembak di tempat yang diterapkan oleh otoritas keamanan Israel terhadap para pelaku penyerangan. Eskalasi ini pun membuat Obama menyimpulkan, bahwa kesepakatan damai Palestina dan Israel berada di luar jangkauannya, karena ia hanya tinggal 14 bulan lagi memerintah AS.
Meski begitu, Obama mengutuk aksi kekerasan yang terjadi dan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri. Namun, ia mengatakan ingin mendengar ide-ide Netanyahu sendiri untuk menurunkan ketegangan dan memastikan aspirasi Palestina yang sah bisa terpenuhi.
Netanyahu sendiri mengaku mendukung solusi dua negara, tetapi meminta Palestina harus demiliterisasi dan mengakui Israel sebagai tanah air orang-orang Yahudi. Persyaratan ini sendiri telah dimentahkan oleh Palestina.
Pembicaraan damai antara Israel dan Palestina yang disponsori oleh AS runtuh pada tahun 2014. Aksi kekerasan yang terjadi diantara kedua belah pihak pada bulan lalu membuat sejumlah pihak mendesak keduanya untuk segera mengakhirinya, mengingat semakin banyak korban yang berjatuhan. Tercatat 10 warga Israel dan 75 orang warga Palestina tewas sejak 1 Oktober lalu.
(ian)