AS Tarik Mundur Kapal Induk dari Teluk Persia
A
A
A
WASHINGTON - Para pejabat militer Amerika Serikat mengatakan, pihaknya telah menarik mundur kapal induk USS Theodore Roosevelt dari Teluk Persia. Penarikan mundur kapal induk bertenaga nuklir ini dikatakan dalam rangka untuk menjalani perawatan.
Selain itu, penarikan mundur kapal yang mampu menampung 65 pesawat tempur ini adalah dalam rangka penghematan biaya. Penarikan USS Theodore Roosevelt ini disayangkan oleh seorang mantan perwira tinggi Angkatan Laut AS, Peter Daly.
Pasalnya, penarikan mundur tersebut berlangsung di tengah-tengah serangan Rusia dari laut Kaspia terhadap sejumlah target yang diduga milik ISIS di wilayah Suriah. Menurut CEO dari US Naval Institute ini, Rusia adalah 'kartu liar' di wilayah tersebut dan amat disayangkan tidak ada satu kapal induk AS yang berada diwilayah tersebut.
"Yang paling penting adalah, Anda harus tahu keberadaan sebuah kapal induk itu untuk apa. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi nanti," kata Daly seperti dikutip dari laman NBC News, Jumat (9/10/2015).
Kendati begitu, Daly mengatakan, AS masih memiliki pilihan untuk meluncurkan pesawat-pesawatnya dari Turki, Qatar, dan negara-negara koalisi lainnya yang tergabung dalam koalisi memerangi ISIS.
"Nilai terbesarnya adalah, mereka koalisi yang besar dan kita mempunyai kemampuan untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain dan kita tidak perlu slip izin dari negara lain ketika kita ingin menerbangkan pesawat," kata Daly.
Seperti diketahui, Rusia telah melakukan operasi serangan udara di Suriah untuk memerangi ISIS. Tidak hanya menggunakan pesawat tempur terbaru, Rusia juga menggunakan rudal jelajahnya yang ditembakkan dari laut Kaspia untuk membombardi basis ISIS. Tercatat sekitar 26 rudal jelajah ditembakkan Rusia ke wilayah Suriah.
Selain itu, penarikan mundur kapal yang mampu menampung 65 pesawat tempur ini adalah dalam rangka penghematan biaya. Penarikan USS Theodore Roosevelt ini disayangkan oleh seorang mantan perwira tinggi Angkatan Laut AS, Peter Daly.
Pasalnya, penarikan mundur tersebut berlangsung di tengah-tengah serangan Rusia dari laut Kaspia terhadap sejumlah target yang diduga milik ISIS di wilayah Suriah. Menurut CEO dari US Naval Institute ini, Rusia adalah 'kartu liar' di wilayah tersebut dan amat disayangkan tidak ada satu kapal induk AS yang berada diwilayah tersebut.
"Yang paling penting adalah, Anda harus tahu keberadaan sebuah kapal induk itu untuk apa. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi nanti," kata Daly seperti dikutip dari laman NBC News, Jumat (9/10/2015).
Kendati begitu, Daly mengatakan, AS masih memiliki pilihan untuk meluncurkan pesawat-pesawatnya dari Turki, Qatar, dan negara-negara koalisi lainnya yang tergabung dalam koalisi memerangi ISIS.
"Nilai terbesarnya adalah, mereka koalisi yang besar dan kita mempunyai kemampuan untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain dan kita tidak perlu slip izin dari negara lain ketika kita ingin menerbangkan pesawat," kata Daly.
Seperti diketahui, Rusia telah melakukan operasi serangan udara di Suriah untuk memerangi ISIS. Tidak hanya menggunakan pesawat tempur terbaru, Rusia juga menggunakan rudal jelajahnya yang ditembakkan dari laut Kaspia untuk membombardi basis ISIS. Tercatat sekitar 26 rudal jelajah ditembakkan Rusia ke wilayah Suriah.
(ian)