Mutilasi Remaja Suriah, Algojo ISIS Ini Dijuluki 'The Bulldozer'
A
A
A
MOSUL - Algojo ISIS ini dijuluki “The bulldozer dari Fallujah” karena postur tubuhnya yang terkenal besar. Algojo ISIS dengan berat sekitar 200 Kg itu juga dikenal kejam setelah memutilasi tangan dan kaki remaja Suriah yang menolak bergabung dengan ISIS.
Remaja Suriah berusia 14 tahun itu kini hidup menderita. Dalam wawancarnya dengan Channel4, remaja itu menggunakan nama samara Omar untuk melindungi identitasnya karena nyawanya masih terancam.
Omar sejatinya adalah remaja Suriah yang membantu oposisi moderat Suriah. Penderitaannya dimulai ketika dia menolak bergabung dengan kelompok fanatik dan radikal seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dia ditangkap militan ISIS ketika membantu mengirimkan makanan dan obat-obatan untuk Tentara Pembabesan Suriah (oposisi) yang sedang beperang melawan pasukan loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad di Deir Ezzor. Setelah ditangkap militan ISIS, Omar dibawa ke sebuah penjara di Mosul, Irak utara. Di penjara itulah, dia dipaksa untuk bergabung dengan ISIS.
Tapi, Omar menolaknya. Remaja itu lantas disiksa di depan umum di wilayah Mosul. Omar mengaku “menyerah” pada hidup yang penih cobaan mengerikan.
”Mereka mengumpulkan orang-orang, mereka mengingkat tangan dan kaki saya. Mereka meletakkan tangan saya di blok kayu memotongnya dengan pisau daging,” tutur Omar. ”Kemudian mereka memotong kaki saya dan menempatkannya di depan saya untuk dilihat.”
Sosok algojo berjuluk “The bulldozer dari Fallujah” itu tidak ada yang mengetahui identitasnya. Dengan tubuh gempal, perut dan lengan yang besar, algojo ini selalu mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajahnya.
Pakaian yang dikenakan algojo ISIS itu juga sarat dengan berbagai senjata. Sosoknya sempat terekam kamera ponsel warga di Mosul sebelum dia mengeksekusi Omar.
Sebelum kaki dan tangannya dimutilasi, Omar mengaku menjalani siksaan yang cukup lama. ”Saya digantung dan disiksa selama satu setengah bulan,” ujarnya, yang dilansir Kamis (8/10/2015).
”Mereka (militan ISIS) mengatakan 'Mengapa Anda tidak membaiat ISIS? Mengapa Anda tidak melawan non-Muslim dengan kami?’. Tapi mereka membantai umat Islam.”
Remaja Suriah berusia 14 tahun itu kini hidup menderita. Dalam wawancarnya dengan Channel4, remaja itu menggunakan nama samara Omar untuk melindungi identitasnya karena nyawanya masih terancam.
Omar sejatinya adalah remaja Suriah yang membantu oposisi moderat Suriah. Penderitaannya dimulai ketika dia menolak bergabung dengan kelompok fanatik dan radikal seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dia ditangkap militan ISIS ketika membantu mengirimkan makanan dan obat-obatan untuk Tentara Pembabesan Suriah (oposisi) yang sedang beperang melawan pasukan loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad di Deir Ezzor. Setelah ditangkap militan ISIS, Omar dibawa ke sebuah penjara di Mosul, Irak utara. Di penjara itulah, dia dipaksa untuk bergabung dengan ISIS.
Tapi, Omar menolaknya. Remaja itu lantas disiksa di depan umum di wilayah Mosul. Omar mengaku “menyerah” pada hidup yang penih cobaan mengerikan.
”Mereka mengumpulkan orang-orang, mereka mengingkat tangan dan kaki saya. Mereka meletakkan tangan saya di blok kayu memotongnya dengan pisau daging,” tutur Omar. ”Kemudian mereka memotong kaki saya dan menempatkannya di depan saya untuk dilihat.”
Sosok algojo berjuluk “The bulldozer dari Fallujah” itu tidak ada yang mengetahui identitasnya. Dengan tubuh gempal, perut dan lengan yang besar, algojo ini selalu mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajahnya.
Pakaian yang dikenakan algojo ISIS itu juga sarat dengan berbagai senjata. Sosoknya sempat terekam kamera ponsel warga di Mosul sebelum dia mengeksekusi Omar.
Sebelum kaki dan tangannya dimutilasi, Omar mengaku menjalani siksaan yang cukup lama. ”Saya digantung dan disiksa selama satu setengah bulan,” ujarnya, yang dilansir Kamis (8/10/2015).
”Mereka (militan ISIS) mengatakan 'Mengapa Anda tidak membaiat ISIS? Mengapa Anda tidak melawan non-Muslim dengan kami?’. Tapi mereka membantai umat Islam.”
(mas)