Ranjau Darat di Perbatasan Timur Kroasia Ancam Imigran
A
A
A
VUKOVAR - Ribuan imigran yang memilih untuk berjalan kaki melalui Kroasia berisiko menjadi korban ranjau darat sisa perang Balkan. Ada sekitar 500 ranjau darat yang hingga kini diyakini masih tertanam di daerah perbatasan timur Kroasia yang menjadi lokasi terjadinya pertempuran sengit selama konflik yang terjadi pada medio 1990-an itu.
"Ada bahaya yang sangat nyata jika mereka tidak menggunakan jalan raya, tetapi sebaliknya mencoba menyeberangi perbatasan melalui ladang dan persawahan. Masalahnya adalah mereka mungkin terkena ranjau darat," ujar Zsuzsanna Zsohar, anggota kelompok relawan yang membantu para pengungsi seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (18/9/2015).
Lebih dari 6.000 imigran telah memasuki Kroasia dalam dua hari terakhir, setelah Hungaria menutup perbatasannya dan mendirikan pagar kawat sepanjang 110 mil untuk menjaga imigran tidak masuk ke wilayahnya. Kroasia sendiri telah menutup tujuh dari delapan perlintasan utama penyeberangan dengan Serbia dalam menanggapi arus besar imigran yang ingin menerobos garis polisi dan berbaris menuju negara itu.
Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran, kalau para imigran lalu mengambil jalan lain dan masuk ke dalam zona ranjau darat yang memang belum dibersihkan dan dibongkar. Kroasia memiliki zona ranjau darat terbesar di Eropa, dimana sekitar 1,5 ranjau terkubur selama terjadinya konflik di Yugoslavia.
Terkait hal ini, tim pembersih ranjau telah diturunkan ke perbatasan Serbia. Pihak Kroasia pun turut menurukan tim ke daerah tersebut. Sementara itu, sejumlah aktivis telah memberikan peringatan melalui halaman Facebook mereka dan meminta kepada para pengungsi untuk tetap berada di jalan raya.
"Akan menjadi hal mengerikan jika para imigran yang pergi meninggalkan negara mereka karena perang, namun justru tewas di Kroasia karena ranjau darat. Jadi, kami mencoba untuk membantu mereka, membuat perjalanan mereka aman. Kami berusaha menyediakan mereka makanan dan minuman, tetapi yang paling penting juga informasi akan hal itu," tukas Zsohar.
"Ada bahaya yang sangat nyata jika mereka tidak menggunakan jalan raya, tetapi sebaliknya mencoba menyeberangi perbatasan melalui ladang dan persawahan. Masalahnya adalah mereka mungkin terkena ranjau darat," ujar Zsuzsanna Zsohar, anggota kelompok relawan yang membantu para pengungsi seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (18/9/2015).
Lebih dari 6.000 imigran telah memasuki Kroasia dalam dua hari terakhir, setelah Hungaria menutup perbatasannya dan mendirikan pagar kawat sepanjang 110 mil untuk menjaga imigran tidak masuk ke wilayahnya. Kroasia sendiri telah menutup tujuh dari delapan perlintasan utama penyeberangan dengan Serbia dalam menanggapi arus besar imigran yang ingin menerobos garis polisi dan berbaris menuju negara itu.
Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran, kalau para imigran lalu mengambil jalan lain dan masuk ke dalam zona ranjau darat yang memang belum dibersihkan dan dibongkar. Kroasia memiliki zona ranjau darat terbesar di Eropa, dimana sekitar 1,5 ranjau terkubur selama terjadinya konflik di Yugoslavia.
Terkait hal ini, tim pembersih ranjau telah diturunkan ke perbatasan Serbia. Pihak Kroasia pun turut menurukan tim ke daerah tersebut. Sementara itu, sejumlah aktivis telah memberikan peringatan melalui halaman Facebook mereka dan meminta kepada para pengungsi untuk tetap berada di jalan raya.
"Akan menjadi hal mengerikan jika para imigran yang pergi meninggalkan negara mereka karena perang, namun justru tewas di Kroasia karena ranjau darat. Jadi, kami mencoba untuk membantu mereka, membuat perjalanan mereka aman. Kami berusaha menyediakan mereka makanan dan minuman, tetapi yang paling penting juga informasi akan hal itu," tukas Zsohar.
(esn)