Tak Percaya Punya BMW, Wanita Kulit Hitam AS Dibawa Polisi ke RSJ
A
A
A
NEW YORK - Warga kulit hitam kembali jadi korban rasisme oleh polisi di Amerika Serikat. Seorang wanita kulit hitam yang berprofesi sebagai bankir dibawa ke rumah sakit jiwa (RSJ) oleh polisi yang tidak percaya jika dia memiliki mobil BMW yang dikemudikannya.
Wanita bernama Kamilah Brock, 32, dibawa polisi AS dari lampu merah di jalanan ke RSJ. Wanita itu kini mengajukan gugatan terhadap polisi Kota New York atas perlakuan aparatnya yang membawanya ke RSJ.
Brock menderita setelah ditahan di RSJ selama lebih dari seminggu karena dipaksa menjalani terapi. Paksaan itu atas rekomendasi polisi kepada dokter, setelah Brock mengaku bahwa dia seorang bankir, memiliki mobil BMW dan Presiden Barack Obama menjadi follower akun Twitter-nya.
Semua klaim Brock itu benar-benar nyata. Dalam wawancara pertamanya di televisi, Brock menceritakan tindakan polisi AS yang tidak mengenakkan. Yakni, pada 12 September 2014, dia ditarik dari sebuah mobil di lampu merah.
Awalnya, polisi bertanya mengapa tangannya tidak memegang roda kemudi. Dia menjawab; "Saya menari, saya berada di lampu,” katanya mengacu pada lampu merah, di mana mobilnya memang harus berhenti.
Jawaban itu membuat polisi membawanya ke tahanan. Dia sempat ditahan berjam-jam di kantor polisi New York tanpa tuduhan. Ketika dibebaskan, Brock memberitahu polisi bahwa dia akan mengambil mobil BMW 325Ci miliknya yang disita polisi.
Ketika hendak melakukannya, polisi tidak percaya jika Brock merupakan pemilik mobil mewah itu. ”Saya hanya merasa seperti itu, saat saya mengatakan saya memiliki sebuah BMW, saya dianggap sebagai pembohong,” kata Brock dalam wawancara di stasiun televisi, seperti dikutip Russia Today, Senin (14/9/2015).
“Mereka memborgol tangan saya dan mengatakan bahwa mereka hanya perlu menempatkan saya di borgol untuk dibawa ke mobil saya. Dan saya berkata ‘ok’, apa pun itu saya akan mengambil mobil saya,” katanya.
Namun, polisi benar-benar tidak percaya jika dia memiliki mobil BMW. Brock bukannya dibawa ke mobilnya tapi dibawa ke RSJ. Di RSJ itulah dia selama delapan hari dipaksa disuntik obat penenang. Dia bahkan ditelanjangi.
”Dia memegang saya dan kemudian dokter menahan saya di lengan. Saya berada di tandu dan saya bangun memegang mengunci saya disaya terjebak di lengan dan aku berada di tandu dan saat bangun mereka mengambil pakaian saya,” kata Brock.
Pengacaranya, Michael Lamonsoff, mengklaim bahwa para tenaga medis berkali-kali berusaha untuk membujuk Brock agar dia tidak mengaku memiliki mobil, mengaku sebagai bankir dan mengaku Presiden Obama sebagai follower-nya di Twitter.
Menurutnya, kliennya tidak memiliki masalah kesehatan mental. Dia menegaskan Brock adalah korban diskriminasi atas dasar rasisme. ”Jika seorang wanita kulit putih sedang berusaha untuk merebut kembali BMW-nya yang disita oleh polisi, akankah dia menjadi korban?,” tanya pengacara itu kepada Huffington Post.
Wanita bernama Kamilah Brock, 32, dibawa polisi AS dari lampu merah di jalanan ke RSJ. Wanita itu kini mengajukan gugatan terhadap polisi Kota New York atas perlakuan aparatnya yang membawanya ke RSJ.
Brock menderita setelah ditahan di RSJ selama lebih dari seminggu karena dipaksa menjalani terapi. Paksaan itu atas rekomendasi polisi kepada dokter, setelah Brock mengaku bahwa dia seorang bankir, memiliki mobil BMW dan Presiden Barack Obama menjadi follower akun Twitter-nya.
Semua klaim Brock itu benar-benar nyata. Dalam wawancara pertamanya di televisi, Brock menceritakan tindakan polisi AS yang tidak mengenakkan. Yakni, pada 12 September 2014, dia ditarik dari sebuah mobil di lampu merah.
Awalnya, polisi bertanya mengapa tangannya tidak memegang roda kemudi. Dia menjawab; "Saya menari, saya berada di lampu,” katanya mengacu pada lampu merah, di mana mobilnya memang harus berhenti.
Jawaban itu membuat polisi membawanya ke tahanan. Dia sempat ditahan berjam-jam di kantor polisi New York tanpa tuduhan. Ketika dibebaskan, Brock memberitahu polisi bahwa dia akan mengambil mobil BMW 325Ci miliknya yang disita polisi.
Ketika hendak melakukannya, polisi tidak percaya jika Brock merupakan pemilik mobil mewah itu. ”Saya hanya merasa seperti itu, saat saya mengatakan saya memiliki sebuah BMW, saya dianggap sebagai pembohong,” kata Brock dalam wawancara di stasiun televisi, seperti dikutip Russia Today, Senin (14/9/2015).
“Mereka memborgol tangan saya dan mengatakan bahwa mereka hanya perlu menempatkan saya di borgol untuk dibawa ke mobil saya. Dan saya berkata ‘ok’, apa pun itu saya akan mengambil mobil saya,” katanya.
Namun, polisi benar-benar tidak percaya jika dia memiliki mobil BMW. Brock bukannya dibawa ke mobilnya tapi dibawa ke RSJ. Di RSJ itulah dia selama delapan hari dipaksa disuntik obat penenang. Dia bahkan ditelanjangi.
”Dia memegang saya dan kemudian dokter menahan saya di lengan. Saya berada di tandu dan saya bangun memegang mengunci saya disaya terjebak di lengan dan aku berada di tandu dan saat bangun mereka mengambil pakaian saya,” kata Brock.
Pengacaranya, Michael Lamonsoff, mengklaim bahwa para tenaga medis berkali-kali berusaha untuk membujuk Brock agar dia tidak mengaku memiliki mobil, mengaku sebagai bankir dan mengaku Presiden Obama sebagai follower-nya di Twitter.
Menurutnya, kliennya tidak memiliki masalah kesehatan mental. Dia menegaskan Brock adalah korban diskriminasi atas dasar rasisme. ”Jika seorang wanita kulit putih sedang berusaha untuk merebut kembali BMW-nya yang disita oleh polisi, akankah dia menjadi korban?,” tanya pengacara itu kepada Huffington Post.
(mas)