Dendam, Para Gadis Muda Angkat Senjata Tumpas ISIS

Senin, 24 Agustus 2015 - 18:30 WIB
Dendam, Para Gadis Muda Angkat Senjata Tumpas ISIS
Dendam, Para Gadis Muda Angkat Senjata Tumpas ISIS
A A A
KOBANE - Di sebuah pegunungan di sebuah wilayah antara Iran, Irak dan Turki, sekelompok gadis muda Kurdi merencanakan aksi balas dendam terhadap ISIS. Mereka berlatih untuk meluapkan kemarahan dan kemuakan mereka dengan menumpas para milItan ISIS.

Para gadis yang rata-rata berusia 17-18 tahun itu mengenakan seragam tentara dan senapan. Mereka rajin berlatih perang dan sabar menunggu untuk balas dendam terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah.

Rata-rata dari mereka adalah gadis yang berhasil melarikan diri dari penyanderaan ISIS. Mereka juga bertekad merebut kembali kota-kota asal mereka yang telah diduduki ISIS.

”Saya di sini untuk membalas dendam,” ujar gadis muda Kurdi yang memperkenalkan diri dengan nama pendeknya, Aveen, seperti dikutip news.com.au, Senin (24/8/2015).

Aveen menghabiskan dua bulan di bawah penyanderaan ISIS, sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk lari dan mencari perlindungan. Selama tiga bulan terakhir, Aveen belajar keterampilan tempur, terutama cara menggunakan senjata militer. Dia juga belajar bagaimana membela diri jika dia diserang.

”Saya di sini untuk membalas dendam atas (warga) Sinjar dan Kobane, untuk semua anak-anak dan ibu-ibu yang ditangkap oleh ISIS,” ujarnya kepada BBC.

Sinjar adalah sebuah kota kecil di Irak utara. Di kota itulah, ribuan orang tewas selama Agustus hingga Desember 2014 ketika diserang ISIS. Krisis kemanusiaan yang dialami warga Kurdi dan warga minoritas lain di Timur Tengah itulah yang jadi alasan Amerika Serikat (AS) dan koalisi meluncurkan serangan udara terhadap ISIS di Irak.

Sedangkan di Kobane, sebuah kota perbatasan antara Suriah dan Turki, lebih dari 100 orang tewas dalam hitungan jam ketika para militan ISIS datang menyerbu. Banyak orang melarikan diri, namun tidak sedikit yang ditangkap ISIS, termasuk Aveen.

Gadis muda lain yang menaruh dendam terhadap ISIS adalah Narin Jamished. Dia siap berperang untuk melawan kelompok radikal yang telah menyerang kotanya itu.

”(ISIS berpikir) perempuan harus dipenjarakan di rumah mereka dan digunakan untuk kepentingan mereka sendiri,” kata Narin. ”Mereka takut (wanita) merdeka dan percaya diri,” lanjut dia.

Thomas Hegghammer, seorang ahli dan analis radikalisme mengatakan, para gadis muda Kurdi itu ingin emansipasi. ”Ada proses emansipasi perempuan untuk mengambil tempat dalam gerakan jihad, meskipun ada satu hal yang sangat terbatas dan mengerikan,” kata Hegghammer.

”Banyak dari mereka yang ingin menggambarkan diri mereka sebagai perempuan yang kuat dan sering membuat olok-olok atas stereotip Barat yang menganggap wanita Muslim tertindas,” lanjut dia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7128 seconds (0.1#10.140)