China dan ASEAN Bakal Bahas Kode Etik Laut Cina Selatan
A
A
A
BEIJING - Diplomat senior China dan pejabat senior dari 10 negara ASEAN akan bertemu di Tianjin pada 29 Juli 2015 untuk membahas “Kode Etik” untuk solusi sengketa di Laut China Selatan.
Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu (25/7/2015),menyatakan, diplomat China yang akan melakukan pertemuan itu adalah Wakil Menteri Luar Negeri China, Liu Zhenmin.
“Pertemuan pejabat senior China dan ASEAN untuk membahas deklarasi perilaku di Laut Cina Selatan. (Pertemuan) akan membahas pelaksanaan deklarasi, kerjasama maritim dan kode etik di Laut China Selatan,” tulis kantor berita Xinhua, mengutip pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang.
Lu Kang tidak menjelaskan rincian lebih lanjut tentang rencana pertemuan untuk membahas kode etik Laut China Selatan. Kode etik merasa diperlukan setelah ketegangan di Laut China Selatan meningkat seiring dengan reklamasi Beijing di kawasan maritim yang disengketakan.
Kepulauan Spratly dan sekitarnya di Laut China Selatan jadi sengketa antara China dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan. Ketegangan semakin memanas setelah Amerika Serikat (AS) melibatkan diri dengan patroli di kawasan sengketa karena merasa Laut China Selatan merupakan kawasan internasional.
Filipina, AS, Jepang dan Vietnam telah melakukan kerjasama keamanan. Empat negara itu berencana untuk menghabiskan USD20 miliar selama 13 tahun ke depan untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya, setelah ketegangan dengan China memanas.
Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu (25/7/2015),menyatakan, diplomat China yang akan melakukan pertemuan itu adalah Wakil Menteri Luar Negeri China, Liu Zhenmin.
“Pertemuan pejabat senior China dan ASEAN untuk membahas deklarasi perilaku di Laut Cina Selatan. (Pertemuan) akan membahas pelaksanaan deklarasi, kerjasama maritim dan kode etik di Laut China Selatan,” tulis kantor berita Xinhua, mengutip pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang.
Lu Kang tidak menjelaskan rincian lebih lanjut tentang rencana pertemuan untuk membahas kode etik Laut China Selatan. Kode etik merasa diperlukan setelah ketegangan di Laut China Selatan meningkat seiring dengan reklamasi Beijing di kawasan maritim yang disengketakan.
Kepulauan Spratly dan sekitarnya di Laut China Selatan jadi sengketa antara China dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan. Ketegangan semakin memanas setelah Amerika Serikat (AS) melibatkan diri dengan patroli di kawasan sengketa karena merasa Laut China Selatan merupakan kawasan internasional.
Filipina, AS, Jepang dan Vietnam telah melakukan kerjasama keamanan. Empat negara itu berencana untuk menghabiskan USD20 miliar selama 13 tahun ke depan untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya, setelah ketegangan dengan China memanas.
(mas)