Lima Kecelakaan Jet Tempur Rusia Jadi Derita Kremlin
A
A
A
MOSKOW - Angkatan Udara Kremlin telah menderita akibat serangkaian lima kecelakaan pesawat jet tempur dan pesawat pembom Rusiasejak bulan lalu. Pemeliharaan dan modernisasi alutsista Kremlin pun menjadi sorotan.
Sejak 4 Juni 2015, sudah ada lima kecelakaan pesawat tempur Angkatan Udara. Menurut USNI News, pada tanggal 4 Juni, pesawat tempur MiG-29 dan pesawat jet tempur Su-34 jatuh. Padahal pesawat Su-34 adalah salah satu pesawat jet tempur paling canggih yang dimiliki Rusia. Pesawat jet tempur itu secara resmi diperkenalkan ke layanan militer pada bulan Maret 2014.
Insiden itu diikuti oleh kecelakaan pesawat pembom Tu-95 yang mengalami kebakaran pada bagian mesin pada tanggal 8 Juni 2015. Kemudian pesawat MiG-29 kecelakaan pada 3 Juli 2015, dan kecelakaan pesawat Su-24 pada 6 Juli yang menewaskan kedua pilotnya.
Rentetan kecelakaan pesawat tempur Rusia ini menunjukkan kelemahan sistemik dan masalah dalam Angkatan Udara Kremlin secara keseluruhan. Selain kerap digunakan untuk manuver sejak krisis Ukraina pecah, pemeliharaan yang buruk dan armada berusia tua diyakini jadi pemicunya.
Rusia diketahui telah mengerahkan patroli pesawat tempur di seluruh Eropa, Atlantik, dan Pasifik dengan frekuensi tinggi sejak Perang Dingin. Peningkatan beban kerja ini telah memberikan beban berat pada armada yang telah mengalami penuaan.
”Mayoritas peralatan, selain dari (yang baru-baru ini kecelakaan) sangat tua. Di bawah (Menteri Pertahanan) Anatoly Serdyukov dan Sergei Shoigu, pesawat digunakan dalam skala sangat luas, kata seorang sumber di Rusia yang akrab dengan masalah alutsista kepada Defense News.
”Jika Anda mulai ekstensif menggunakan peralatan yang terbuat sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan jika peralatan yang bersertifikat (dalam kondisi baik), persentase kegagalan menjadi lebih tinggi,” lanjut dia.
Vadim Kozyulin, ahli militer di kelompok think tank Russian PIR Center menyoroti masalah suku cadang untuk pesawat-pesawat tempur Rusia. ”Pesawat-pesawat tua membutuhkan banyak perawatan, dan suku cadang saat ini dalam stok lama,” katanya, seperti dilansir Business Insider, Rabu (15/7/2015).
Sejak 4 Juni 2015, sudah ada lima kecelakaan pesawat tempur Angkatan Udara. Menurut USNI News, pada tanggal 4 Juni, pesawat tempur MiG-29 dan pesawat jet tempur Su-34 jatuh. Padahal pesawat Su-34 adalah salah satu pesawat jet tempur paling canggih yang dimiliki Rusia. Pesawat jet tempur itu secara resmi diperkenalkan ke layanan militer pada bulan Maret 2014.
Insiden itu diikuti oleh kecelakaan pesawat pembom Tu-95 yang mengalami kebakaran pada bagian mesin pada tanggal 8 Juni 2015. Kemudian pesawat MiG-29 kecelakaan pada 3 Juli 2015, dan kecelakaan pesawat Su-24 pada 6 Juli yang menewaskan kedua pilotnya.
Rentetan kecelakaan pesawat tempur Rusia ini menunjukkan kelemahan sistemik dan masalah dalam Angkatan Udara Kremlin secara keseluruhan. Selain kerap digunakan untuk manuver sejak krisis Ukraina pecah, pemeliharaan yang buruk dan armada berusia tua diyakini jadi pemicunya.
Rusia diketahui telah mengerahkan patroli pesawat tempur di seluruh Eropa, Atlantik, dan Pasifik dengan frekuensi tinggi sejak Perang Dingin. Peningkatan beban kerja ini telah memberikan beban berat pada armada yang telah mengalami penuaan.
”Mayoritas peralatan, selain dari (yang baru-baru ini kecelakaan) sangat tua. Di bawah (Menteri Pertahanan) Anatoly Serdyukov dan Sergei Shoigu, pesawat digunakan dalam skala sangat luas, kata seorang sumber di Rusia yang akrab dengan masalah alutsista kepada Defense News.
”Jika Anda mulai ekstensif menggunakan peralatan yang terbuat sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan jika peralatan yang bersertifikat (dalam kondisi baik), persentase kegagalan menjadi lebih tinggi,” lanjut dia.
Vadim Kozyulin, ahli militer di kelompok think tank Russian PIR Center menyoroti masalah suku cadang untuk pesawat-pesawat tempur Rusia. ”Pesawat-pesawat tua membutuhkan banyak perawatan, dan suku cadang saat ini dalam stok lama,” katanya, seperti dilansir Business Insider, Rabu (15/7/2015).
(mas)