Kisruh Laut China Selatan Memanas, Ini Solusi Indonesia
A
A
A
SINGAPURA - Indonesia menawakan solusi untuk meredam kisruh sengketa Laut China Selatan yang semakin memanas. Solusi itu adalah seruan agar negara-negara yang bersengketa, termasuk China melakukan “patroli perdamaian” secara bersama-sama.
Solusi dari Indonesia itu disampaikan Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, dalam wawancara dengan wartawan di sela-sela Konferensi Keamanan di Singapura, akhir pekan lalu. “Patroli perdamaian bersama untuk mengurangi risiko konflik,” katanya. (Baca: Kisruh Laut China Selatan Bisa Picu Perang Dunia Habis-habisan)
Menurut patroli yang diusulkan itu akan mengirim pesan bahwa tidak ada satu negara pun yang harus membangun kekuatan atau mengancam siapa pun di perairan sengketa itu.
Indonesia sendiri tidak ikut terlibat dalam sengketa Laut China Selatan. Namun, jika terjadi konfrontasi antara China dan negara-negara ASEAN yang terlibat sengketa, secara tidak langsung akan berdampak pada Indonesia. (Baca juga: Sinyal AS Manfaatkan Indonesia untuk Lawan China)
China telah mengklaim hampir 90 persen kawasan Laut China Selatan dan telah melakukan reklamasi secara luas dalam waku cepat. Klaim China itu ditentang Vietnam, Taiwan, Brunei, Filipina dan Malaysia yang sama-sama mengklaim. Konflik kian panas, setelah AS melibatkan diri karena pesawat mata-matanya diusir Angkatan Laut China dari kawasan sengketa yang oleh AS ditegaskan sebagai wilayah internasional.
Ryamizard, seperti dilansir Bloomberg, juga berbicara sekilas tentang perairan dan kepuluan Natuna yang selama ini disebut-sebut jadi sengketa antara Indonesia dan China. Ryamizard menegaskan bahwa China tidak mengklaim Natuna, wilayah Indonesai yang kaya gas alam itu. “China tidak punya hak atas wilayah itu. Kami memiliki sejarah di sana,” katanya.
Solusi Indonesia untuk meredam ketegangan di Laut China Selatan itu disambut Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein. Menurutnya, solusi itu bukan hal yang mustahil.
”China memiliki lebih banyak kehilangan jika daerah itu tidak stabil,” kata Hishamuddin. ”Jika kita tidak hati-hati, pasti bisa meningkat menjadi salah satu konflik paling mematikan,” katanya lagi.
Solusi dari Indonesia itu disampaikan Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, dalam wawancara dengan wartawan di sela-sela Konferensi Keamanan di Singapura, akhir pekan lalu. “Patroli perdamaian bersama untuk mengurangi risiko konflik,” katanya. (Baca: Kisruh Laut China Selatan Bisa Picu Perang Dunia Habis-habisan)
Menurut patroli yang diusulkan itu akan mengirim pesan bahwa tidak ada satu negara pun yang harus membangun kekuatan atau mengancam siapa pun di perairan sengketa itu.
Indonesia sendiri tidak ikut terlibat dalam sengketa Laut China Selatan. Namun, jika terjadi konfrontasi antara China dan negara-negara ASEAN yang terlibat sengketa, secara tidak langsung akan berdampak pada Indonesia. (Baca juga: Sinyal AS Manfaatkan Indonesia untuk Lawan China)
China telah mengklaim hampir 90 persen kawasan Laut China Selatan dan telah melakukan reklamasi secara luas dalam waku cepat. Klaim China itu ditentang Vietnam, Taiwan, Brunei, Filipina dan Malaysia yang sama-sama mengklaim. Konflik kian panas, setelah AS melibatkan diri karena pesawat mata-matanya diusir Angkatan Laut China dari kawasan sengketa yang oleh AS ditegaskan sebagai wilayah internasional.
Ryamizard, seperti dilansir Bloomberg, juga berbicara sekilas tentang perairan dan kepuluan Natuna yang selama ini disebut-sebut jadi sengketa antara Indonesia dan China. Ryamizard menegaskan bahwa China tidak mengklaim Natuna, wilayah Indonesai yang kaya gas alam itu. “China tidak punya hak atas wilayah itu. Kami memiliki sejarah di sana,” katanya.
Solusi Indonesia untuk meredam ketegangan di Laut China Selatan itu disambut Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein. Menurutnya, solusi itu bukan hal yang mustahil.
”China memiliki lebih banyak kehilangan jika daerah itu tidak stabil,” kata Hishamuddin. ”Jika kita tidak hati-hati, pasti bisa meningkat menjadi salah satu konflik paling mematikan,” katanya lagi.
(mas)