Terungkap, 6 Ribu Anak Aborigin Meninggal di Sekolah Kanada

Sabtu, 30 Mei 2015 - 15:42 WIB
Terungkap, 6 Ribu Anak Aborigin Meninggal di Sekolah Kanada
Terungkap, 6 Ribu Anak Aborigin Meninggal di Sekolah Kanada
A A A
OTTAWA - Sebuah laporan dari Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada mengungkap bahwa, lebih dari 6 ribu anak Aborigin meninggal di sebuah sekolah bernama Canada Residential School, di masa silam.

Sekolah itu didirikan pada abad 19 atau pada masa penjajahan dan ditutup pada tahun 1996. Itu adalah sekolah yang berafiliasi dengan gereja yang menampung anak-anak Aborigin, penduduk asli atau pertama di negara itu.

Komisi itu telah mengutuk berbagai praktik, termasuk mengisolasi siswa dari keluarga mereka, sterilisasi, dan berbagai kekerasan fisik dan seksual. Pada tahun 2008, Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper, menyampaikan permintaan maaf atas nama rakyat Kanada atas kondisi yang diderita oleh anak-anak dalam sistem pendidikan di sekolah itu.

Hakim Murray Sinclair, salah satu anggota komisi itu, mengatakan angka 6 ribu anak itu hanya perkiraan yang bersumber dari data terbaik yang tersedia. Namun, komisi juga mendengar kesaksian bahwa korban dari sistem pendidikan di sekolah itu lebih dari 7 ribu anak.

”Kami berpikir bahwa kami belum menemukan secara total dan di mana saja, karena catatan data sangat miskin,” kata Sinclair dalam wawancaranya dengan CBC, Sabtu (30/5/2015). ”Anda akan berpikir bahwa mereka akan lebih berkonsentrasi untuk melacaknya,” katanya lagi.

Sinclair sendiri memperkirakan jumlah korban lebih banyak, sebab perkiraan awal menyebut bawa korban dari sistem di sekolah itu kurang dari 4 ribu anak. Sedangkan data terbaru ternyata mencapai hingga 6 ribu jiwa.

Angka-angka baru muncul tak lama setelah Ketua Mahkamah Agung Kanada, Beverly McLachlin, pada Kamis lalu mengatakan, bahwa negaranya telah mencoba untuk melakukan ”genosida budaya” terhadap penduduk asli.

”Cacat yang paling mencolok pada catatan sejarah Kanada berhubungan dengan perlakuan kita terhadap Komunitas Penduduk Asli yang tinggal di sini pada saat penjajahan,” kata McLachlin.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7220 seconds (0.1#10.140)