Mengintip Senjata Canggih Rusia Pengganti Rudal Setan
A
A
A
MOSKOW - Rudal balistik Sarmat, nama senjata canggih Rusia yang rencananya akan diuji coba tahun ini. Rudal baru ini menggantikan rudal R-36 pada era Perang Dingin yang oleh NATO dijuluki rudal Setan SS-18.
Rudal Setan SS-18 hingga kini masih dianggap sebagai rudal balistik antar-benua terbesar di dunia yang pernah dibuat. Sumber-sumber Departemen Pertahanan Rusia kepada kantor berita Itar-Tass, Kamis (29/1/2015), mengatakan, rudal Sarmat pengganti rudal Setan SS-18 itu akan melayani militer Rusia tahun 2020.
Seperti apa kemampuan senjata pengganti rudal Setan Rusia ini? Sejumlah media Moskow mengutip keterangan pihak Pertahanan Rusia, melaporkan, bahwa rudal Sarmat memiliki hingga 10 hulu ledak nuklir berat atau 15 hulu ledak menengah.
Jangkauan tembakan Rudal Sarmat ditarget mencapai hingga 6.200 mil. Rudal ini akan membawa hulu ledak dalam penerbangan suborbital, di mana keduanya akan memisahkan dan mencapai target.
“Hal ini dapat dilaporkan bahwa rudal itu bisa terbang di atas Kutub Utara dan Selatan, dan akan mampu mengatasi hampir semua sistem pertahanan rudal,” tulis media Rusia, Pravda.
Modernisasi alutsista Rusia secara “gila-gilaan” ini semakin gencar sejak Rusia terlibat ketegangan dengan Amerika Serikat (AS). Pemicu ketegangan itu tidak lain adalah krisis Ukraina.
Dalam krisis Ukraina, AS membela Ukraina dan menuduh Rusia mengintervensi bahkan melakukan agresi di wilayah Ukraina timur. Rusia sendiri berkali-kali membantah dan menantang AS dan pihak mana pun untuk membeberkan bukti dan data.
AS dan Rusia sejatinya terikat kesepakatan untuk mengurangi rudal nuklir setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Kesepakatan itu bernama Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis dan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
Tapi, baik Rusia maupun AS tidak mengindahkan kesepakatan itu. Buktinya, kedua negara ini berlomba-lomba meng-upgrade persenjataan mereka.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Ragozin, mengklaim bahwa AS tidak bisa menentang persenjataan nuklir Rusia, meskipun ia menolak mengungkap teknologi apa yang dirujuk dalam pembuatan rudal canggih Rusia.
Rudal Setan SS-18 hingga kini masih dianggap sebagai rudal balistik antar-benua terbesar di dunia yang pernah dibuat. Sumber-sumber Departemen Pertahanan Rusia kepada kantor berita Itar-Tass, Kamis (29/1/2015), mengatakan, rudal Sarmat pengganti rudal Setan SS-18 itu akan melayani militer Rusia tahun 2020.
Seperti apa kemampuan senjata pengganti rudal Setan Rusia ini? Sejumlah media Moskow mengutip keterangan pihak Pertahanan Rusia, melaporkan, bahwa rudal Sarmat memiliki hingga 10 hulu ledak nuklir berat atau 15 hulu ledak menengah.
Jangkauan tembakan Rudal Sarmat ditarget mencapai hingga 6.200 mil. Rudal ini akan membawa hulu ledak dalam penerbangan suborbital, di mana keduanya akan memisahkan dan mencapai target.
“Hal ini dapat dilaporkan bahwa rudal itu bisa terbang di atas Kutub Utara dan Selatan, dan akan mampu mengatasi hampir semua sistem pertahanan rudal,” tulis media Rusia, Pravda.
Modernisasi alutsista Rusia secara “gila-gilaan” ini semakin gencar sejak Rusia terlibat ketegangan dengan Amerika Serikat (AS). Pemicu ketegangan itu tidak lain adalah krisis Ukraina.
Dalam krisis Ukraina, AS membela Ukraina dan menuduh Rusia mengintervensi bahkan melakukan agresi di wilayah Ukraina timur. Rusia sendiri berkali-kali membantah dan menantang AS dan pihak mana pun untuk membeberkan bukti dan data.
AS dan Rusia sejatinya terikat kesepakatan untuk mengurangi rudal nuklir setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Kesepakatan itu bernama Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis dan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
Tapi, baik Rusia maupun AS tidak mengindahkan kesepakatan itu. Buktinya, kedua negara ini berlomba-lomba meng-upgrade persenjataan mereka.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Ragozin, mengklaim bahwa AS tidak bisa menentang persenjataan nuklir Rusia, meskipun ia menolak mengungkap teknologi apa yang dirujuk dalam pembuatan rudal canggih Rusia.
(mas)