Intervensi AS di Suriah, Kerry Salahkan Parlemen Inggris

Minggu, 08 Januari 2017 - 12:26 WIB
Intervensi AS di Suriah, Kerry Salahkan Parlemen Inggris
Intervensi AS di Suriah, Kerry Salahkan Parlemen Inggris
A A A
WASHINGTON - Kegagalan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mendapatkan dukungan dari parlemen untuk intervensi militer di Suriah mendorong Amerika Serikat (AS) untuk bertindak terhadap penguasa brutal negara itu. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry.

Dalam konferensi pers perpisahan, Kerry menegaskan hubungan antara penolakan parlemen Inggris untuk mendukung intervensi dan kampanye pemboman Presiden Obama. Gedung Putih sebelumnya menjadikan penggunaan senjata kimia sebagai 'garis merah' intervensi AS di Suriah yang dilanda perang dan telah direncanakan sebelumnya.

"Barack Obama memutuskan untuk menggunakan kekuatan dan ia mengumumkan keputusannya secara terbuka dan ia berkata 'kami akan bertindak, kita akan melakukan apa yang perlu kita lakukan untuk menanggapi pelanggaran hukum internasional terang-terangan ini dan peringatan serta garis merah telah dipilihnya," kata Kerry.

"Sekarang, kita berbaris menuju waktu itu, lihatlah Perdana Menteri David Cameron pergi ke parlemen dan ia mencari orang untuk memberikan persetujuan baginya untuk bergabung dalam aksi yang kami terlibat di dalamnya. Dan coba tebak, parlemen mengatakan tidak, mereka menembaknya," sambung Kerry seperti dikutip dari Express, Minggu (8/1/2017).

Penolakan Parlemen Inggris ini memicu tuntutan dari Kongres AS untuk melakukan voting atas keputusan Washington di Suriah. Obama awalnya setuju untuk menyerahkan keputusan intervensi kepada mekanisme voting Kongres, tapi ia menahan rencananya itu karena jelas ia akan kalah. Sebaliknya, AS menyetujui usulan Rusia agar Assad menyerahkan senjata kimianya.

"Intinya adalah Presiden tidak pernah menarik kembali niatnya. Dia hanya menyingkirkan kebutuhan untuk melakukannya dengan merangkul pendekatan yang berbeda yang mendapatkan semua senjata kimia keluar," terang Kerry.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3756 seconds (0.1#10.140)