Rusia Khawatir AS Tergoda Gunakan Bom Nuklir Baru B-61
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah Rusia mengatakan situasi keamanan global bisa berubah setelah Administrasi Keamanan Nuklir Nasional Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk meng-upgrade senjata nuklirnya B61. Moskow khawatir bom nuklir baru yang diklaim kurang kuat itu membuat AS tergoda untuk menggunakannya.
Keputusan resmi Administrasi Keamanan Nuklir Nasional AS (NNSA) yang sudah memasuki fase pasca-rekayasa, datang setelah empat tahun bekerja. Artinya, bom upgrade pertama itu ditetapkan untuk “digunakan” pada tahun 2020.
Kekhawatiran Moskow ini disuarakan oleh Kementerian Luar Negeri dan ahli senjata Rusia, yang percaya langkah AS itu bisa mengubah situasi keamanan global.
”Kami sedang mendiskusikan ini segera setelah rencana muncul terkati pencipaan sesuatu yang menurut informasi telah dibuat tersedia untuk umum, yang memiliki presisi yang lebih besar, tetapi tidak sekuat senjata lainnya yang ada di dalam arsenal AS,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, seperti dikutip RIA Novosti.
”Ini berarti bahwa ambang persenjataan secara teori telah diturunkan, yang tentu saja akan mengacaukan situasi sampai batas tertentu,” ujar Ryabkov.
Mikhail Ulyanov, Kepala Departemen terkait untuk Pengawasan Senjata juga khawatir tentang perkembangan baru. Dia percaya bahwa meskipun senjata nuklir AS ini dibuat kurang kuat, namun justru pada akhirnya dapat menyebabkan godaan lebih besar untuk menggunakannya.
”Bukan suatu kebetulan bahwa beberapa ahli Amerika cepat untuk memanggil hulu ledak baru yang lebih etis, yang menyatakan bahwa penggunaannya akan memiliki konsekuensi kemanusiaan yang lebih ringan. Tapi ini justru mengapa ini adalah hal yang buruk,” kata Ulyanov kepada RIA Novosti.
”Ciri-ciri senjata tersebut secara objektif akan meningkatkan godaan untuk menggunakannya. Ini berarti menurunkan substansial dari ambang batas untuk menggunakan senjata nuklir,” imbuh dia, yang dilansir Kamis (4/8/2016).
B61 telah menjadi bom nuklir udara utama AS sejak 1968, ketika versi pertama ditugaskan. Beberapa modifikasi dibatalkan selama bertahun-tahun dan lainnya ditarik dari penggunaannya. Kini, hanya model 3,4,7,11 dan 12 yang masih dalam pelayanan aktif.
Upgrade bom nuklir AS ini juga bagian dari rencana pemerintahan Obama untuk memodernisasi persenjataan senjata nuklir AS, yang diperkirakan akan menelan biaya sekitar USD355 miliar pada 2023. Namun, kritikus mengatakan angka ini bisa meningkat menjadi lebih dari USD1 triliun.
”Program perpanjangan hidup ini secara langsung mendukung direktif Presiden Obama untuk mempertahankan keamanan, keamanan, dan penangkal nuklir efektif, sekaligus mengurangi ukuran stockpile,” kata Menteri Energi AS, Ernest Moniz, dalam siaran pers yang diterbitkan NNSA.
Keputusan resmi Administrasi Keamanan Nuklir Nasional AS (NNSA) yang sudah memasuki fase pasca-rekayasa, datang setelah empat tahun bekerja. Artinya, bom upgrade pertama itu ditetapkan untuk “digunakan” pada tahun 2020.
Kekhawatiran Moskow ini disuarakan oleh Kementerian Luar Negeri dan ahli senjata Rusia, yang percaya langkah AS itu bisa mengubah situasi keamanan global.
”Kami sedang mendiskusikan ini segera setelah rencana muncul terkati pencipaan sesuatu yang menurut informasi telah dibuat tersedia untuk umum, yang memiliki presisi yang lebih besar, tetapi tidak sekuat senjata lainnya yang ada di dalam arsenal AS,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, seperti dikutip RIA Novosti.
”Ini berarti bahwa ambang persenjataan secara teori telah diturunkan, yang tentu saja akan mengacaukan situasi sampai batas tertentu,” ujar Ryabkov.
Mikhail Ulyanov, Kepala Departemen terkait untuk Pengawasan Senjata juga khawatir tentang perkembangan baru. Dia percaya bahwa meskipun senjata nuklir AS ini dibuat kurang kuat, namun justru pada akhirnya dapat menyebabkan godaan lebih besar untuk menggunakannya.
”Bukan suatu kebetulan bahwa beberapa ahli Amerika cepat untuk memanggil hulu ledak baru yang lebih etis, yang menyatakan bahwa penggunaannya akan memiliki konsekuensi kemanusiaan yang lebih ringan. Tapi ini justru mengapa ini adalah hal yang buruk,” kata Ulyanov kepada RIA Novosti.
”Ciri-ciri senjata tersebut secara objektif akan meningkatkan godaan untuk menggunakannya. Ini berarti menurunkan substansial dari ambang batas untuk menggunakan senjata nuklir,” imbuh dia, yang dilansir Kamis (4/8/2016).
B61 telah menjadi bom nuklir udara utama AS sejak 1968, ketika versi pertama ditugaskan. Beberapa modifikasi dibatalkan selama bertahun-tahun dan lainnya ditarik dari penggunaannya. Kini, hanya model 3,4,7,11 dan 12 yang masih dalam pelayanan aktif.
Upgrade bom nuklir AS ini juga bagian dari rencana pemerintahan Obama untuk memodernisasi persenjataan senjata nuklir AS, yang diperkirakan akan menelan biaya sekitar USD355 miliar pada 2023. Namun, kritikus mengatakan angka ini bisa meningkat menjadi lebih dari USD1 triliun.
”Program perpanjangan hidup ini secara langsung mendukung direktif Presiden Obama untuk mempertahankan keamanan, keamanan, dan penangkal nuklir efektif, sekaligus mengurangi ukuran stockpile,” kata Menteri Energi AS, Ernest Moniz, dalam siaran pers yang diterbitkan NNSA.
(mas)