Media Turki: Jenderal AS Ini Pemimpin Kudeta!
A
A
A
ANKARA - Media Turki pro-Presiden Tayyip Erdogan menulis berita utama dengan menyebut seorang jenderal Amerika Serikat (AS) sebagai pemimpin kudeta gagal. Jenderal AS yang dituduh itu adalah Jenderal Angkatan Darat, J.F. Campbell.
“Orang ini memimpin kudeta,” demikian judul berita utama surat kabar Yeni Safak pada Senin (25/7/2016), lengkap dengan foto sang jenderal yang dituduh.
Tuduhan surat kabar Turki ini dianggap Mantan Kepala Kontra-Terorisme untuk Kepolisian Nasional Turki, Profesor Ahmet S Yayla sebagai retorika yang sangat berbahaya. Dia membayangkan, retorika semacam ini berpotensi memicu gerakan semacam “Revolusi Islam” yang pernah pecah di Iran pada 1979.
Yayla, melalui akun Twitter-nya, @ahmetsyayla, ikut mengunggah tampilan berita utama media Turki yang dia anggap retorika berbahaya itu. ”Ini adalah frontpage dari Yeni Safak, surat kabar pro-Erdogan, Senin 25 Juli 2016. Secara terbuka mengatakan ‘Orang ini memimpin kudeta’,” tulis Yayla.
“Setelah Senin pagi, ada risiko yang lumayan melawan Amerika, Kedutaan Besar AS dan konsulat di Turki. Saya menyarankan hati-hati,” lanjut Yayla.
Dalam berita utama itu, ditulis pejabat tinggi Turki menyuarakan klaim bahwa agen mata-mata AS, CIA, mendukung pasukan kudeta dan komplotannya.
”Retorika anti-Amerika ini mengingatkan (saya) pada Revolusi Iran ‘79 dan apa yang terjadi setelah itu. Ini adalah pendekatan yang sangat berbahaya,” imbuh Yayla.
Presiden Barack Obama telah menyangkal tuduhan bahwa AS terlibat kudeta militer yang gagal di Turki. Menurut Obama tuduhan semacam itu palsu.
“Orang ini memimpin kudeta,” demikian judul berita utama surat kabar Yeni Safak pada Senin (25/7/2016), lengkap dengan foto sang jenderal yang dituduh.
Tuduhan surat kabar Turki ini dianggap Mantan Kepala Kontra-Terorisme untuk Kepolisian Nasional Turki, Profesor Ahmet S Yayla sebagai retorika yang sangat berbahaya. Dia membayangkan, retorika semacam ini berpotensi memicu gerakan semacam “Revolusi Islam” yang pernah pecah di Iran pada 1979.
Yayla, melalui akun Twitter-nya, @ahmetsyayla, ikut mengunggah tampilan berita utama media Turki yang dia anggap retorika berbahaya itu. ”Ini adalah frontpage dari Yeni Safak, surat kabar pro-Erdogan, Senin 25 Juli 2016. Secara terbuka mengatakan ‘Orang ini memimpin kudeta’,” tulis Yayla.
“Setelah Senin pagi, ada risiko yang lumayan melawan Amerika, Kedutaan Besar AS dan konsulat di Turki. Saya menyarankan hati-hati,” lanjut Yayla.
Dalam berita utama itu, ditulis pejabat tinggi Turki menyuarakan klaim bahwa agen mata-mata AS, CIA, mendukung pasukan kudeta dan komplotannya.
”Retorika anti-Amerika ini mengingatkan (saya) pada Revolusi Iran ‘79 dan apa yang terjadi setelah itu. Ini adalah pendekatan yang sangat berbahaya,” imbuh Yayla.
Presiden Barack Obama telah menyangkal tuduhan bahwa AS terlibat kudeta militer yang gagal di Turki. Menurut Obama tuduhan semacam itu palsu.
(mas)