Tragis, Teror Berdarah Tepat di Hari Revolusi Prancis
A
A
A
NICE - Teror berdarah di Nice, Prancis pada hari Kamis menjadi insiden tragis. Sebab, serangan dengan truk sarat senjata dan granat terhadap kerumunan massa itu terjadi di Hari Bastille yang juga dikenal sebagai Hari Revolusi Prancis 14 Juli 1789.
Serangan mengerikan dengan truk itu menewaskan sekitar 80 orang. Sopir truk yang diketahui pria asal Tunisia ikut mengumbar tembakan dengan senapan otomatis sebelum akhirnya ditembak mati.
Baca:
Teror Berdarah Hantam Prancis, 80 Orang Dilaporkan Tewas
Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, tak dipungkiri lagi bahwa serangan mematikan di Nice terhadap massa yang menonton kembang api dalam perayaan Bastille Day adalah “serangan teroris”.
“Serangan itu asali dari teroris, tak bisa dipungkiri,” kata Hollande dalam pidato nasional yang disiarkan stasiun televisi Prancis. Menurutnya, beberapa anak termasuk bagian dari korban tewas yang datang bersama keluarganya untuk merayakan Hari Nasional Prancis.
Baca:
Nice, Sasaran Teror Berdarah dan Cap Kota Flamboyan
Perayaan Bastille Day sejatinya menjadi peringatan rakyat Prancis terhadap nilai-nilai dari Liberte, Egalite, Fraternite (Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan). Perayaan diwarnai dengan akrobat jet tempur dari angkatan bersenjata Prancis di Champs Elysees serta penyalaan kembang api yang spektakuler.
”Prancis dihantam pada hari nasional ... simbol kebebasan,” ujar Hollande, seperti dikutip AFP, Jumat (15/7/2016).
Hollande mengumumkan bahwa dia akan memperpanjang status darurat di Prancis darurat selama tiga bulan ke depan setelah serangan terbaru ini.
Baca juga:
Teror Truk Prancis, Orang-orang Berlari di Atas Mayat
Prancis seperti diketahui telah berada dalam status darurat sejak serangan di Paris 13 November Paris dan serangan di kantor majalah Charlie Hebdo bulan Januari.
Pemimpin wilayah Nice, Christian Estrosi, mengaku sudah memperingatkan jauh hari sebelumnya perihal risiko serangan militan di wilayah tersebut, menyusul serangan di Paris dan Brussels selama 18 bulan terakhir.
Serangan mengerikan dengan truk itu menewaskan sekitar 80 orang. Sopir truk yang diketahui pria asal Tunisia ikut mengumbar tembakan dengan senapan otomatis sebelum akhirnya ditembak mati.
Baca:
Teror Berdarah Hantam Prancis, 80 Orang Dilaporkan Tewas
Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, tak dipungkiri lagi bahwa serangan mematikan di Nice terhadap massa yang menonton kembang api dalam perayaan Bastille Day adalah “serangan teroris”.
“Serangan itu asali dari teroris, tak bisa dipungkiri,” kata Hollande dalam pidato nasional yang disiarkan stasiun televisi Prancis. Menurutnya, beberapa anak termasuk bagian dari korban tewas yang datang bersama keluarganya untuk merayakan Hari Nasional Prancis.
Baca:
Nice, Sasaran Teror Berdarah dan Cap Kota Flamboyan
Perayaan Bastille Day sejatinya menjadi peringatan rakyat Prancis terhadap nilai-nilai dari Liberte, Egalite, Fraternite (Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan). Perayaan diwarnai dengan akrobat jet tempur dari angkatan bersenjata Prancis di Champs Elysees serta penyalaan kembang api yang spektakuler.
”Prancis dihantam pada hari nasional ... simbol kebebasan,” ujar Hollande, seperti dikutip AFP, Jumat (15/7/2016).
Hollande mengumumkan bahwa dia akan memperpanjang status darurat di Prancis darurat selama tiga bulan ke depan setelah serangan terbaru ini.
Baca juga:
Teror Truk Prancis, Orang-orang Berlari di Atas Mayat
Prancis seperti diketahui telah berada dalam status darurat sejak serangan di Paris 13 November Paris dan serangan di kantor majalah Charlie Hebdo bulan Januari.
Pemimpin wilayah Nice, Christian Estrosi, mengaku sudah memperingatkan jauh hari sebelumnya perihal risiko serangan militan di wilayah tersebut, menyusul serangan di Paris dan Brussels selama 18 bulan terakhir.
(mas)