Menlu Polandia Sebut Rusia Lebih Berbahaya Ketimbang ISIS
A
A
A
BRATISLAVA - Menteri Luar Negeri Polandia, Witold Waszczykowski mengatakan, ISIS dan kelompok teroris lainnya tidak mewakili ancaman eksistensial di Eropa, seperti halnya Moskow dan sejumlah agresi yang dilakukannya.
"Dengan semua bukti, aktivitas Rusia adalah semacam ancaman eksistensial karena kegiatan ini dapat menghancurkan negara," kata Waszczykowski dalam forum keamanan tahunan Globesec di Bratislava, Slovakia, seperti dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (16/4/2016).
Ketika ditanya secara khusus tentang ancaman ISIS, bila dibandingkan dengan Rusia, Waszczykowski mengatakan ISIS bukanlah ancaman eksistensial bagi Eropa. "Kami juga memiliki ancaman non-eksistensial seperti terorisme, seperti gelombang besar migran," tambahnya.
Ia pun mendukung penempatan tentara NATO di perbatasan sebelah timur dan meminta aliansi bentukan Amerika Serikat (AS) menempatkan lebih banyak pasukan di wilayah tersebut. "Kehadiran pasukan dari berbagai negara NATO bisa menjadi simbol tekad untuk mempertahankan sisi timur. Kita bisa mendiskusikan skala penyebaran ini," katanya.
Ia pun menegaskan, penempatan pasukan NATO di wilayah tersebut bukanlah aksi provokasi, melainkan tindakan tegas sehingga aliansi mampu menghadang potensi serangan. "Menunjukkan kelemahan sering dilihat sebagai insentif bagi agresi," katanya.
"Dengan semua bukti, aktivitas Rusia adalah semacam ancaman eksistensial karena kegiatan ini dapat menghancurkan negara," kata Waszczykowski dalam forum keamanan tahunan Globesec di Bratislava, Slovakia, seperti dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (16/4/2016).
Ketika ditanya secara khusus tentang ancaman ISIS, bila dibandingkan dengan Rusia, Waszczykowski mengatakan ISIS bukanlah ancaman eksistensial bagi Eropa. "Kami juga memiliki ancaman non-eksistensial seperti terorisme, seperti gelombang besar migran," tambahnya.
Ia pun mendukung penempatan tentara NATO di perbatasan sebelah timur dan meminta aliansi bentukan Amerika Serikat (AS) menempatkan lebih banyak pasukan di wilayah tersebut. "Kehadiran pasukan dari berbagai negara NATO bisa menjadi simbol tekad untuk mempertahankan sisi timur. Kita bisa mendiskusikan skala penyebaran ini," katanya.
Ia pun menegaskan, penempatan pasukan NATO di wilayah tersebut bukanlah aksi provokasi, melainkan tindakan tegas sehingga aliansi mampu menghadang potensi serangan. "Menunjukkan kelemahan sering dilihat sebagai insentif bagi agresi," katanya.
(ian)