Kejamnya Langit Nepal, Puluhan Pesawat Jatuh dalam 3 Dekade
loading...
A
A
A
KATHMANDU - Nepal adalah salah satu negara paling menantang di dunia untuk penerbangan karena medan dan cuaca yang berbahaya. Teraktual, pesawat Yeti Airlines ATR72 dari Kathmandu ke Pokhara jatuh pada Minggu (15/1/2023) pagi. Pesawat tersebut membawa 68 penumpang dan empat awak kabin.
Sebagian besar kecelakaan penerbangan di Nepal antara tahun 1952-2022 disebabkan oleh pesawat yang terbang ke pegunungan yang tersembunyi di awan, yang dikenal sebagai Controlled Flight into Terrain (CFIT) dengan korban jiwa mencapai 92%.
Menurut sebuah laporan oleh Financial Express, Kecelakaan udara di Nepal sebagian besar disebabkan oleh medan pegunungan yang terjal di negara itu, kurangnya investasi untuk pesawat dan infrastruktur baru, dan peraturan yang lemah.
Selain itu, landasan terbang terletak di daerah pegunungan, di tengah kondisi cuaca yang dikenal dengan perubahan mendadaknya. Uni Eropa melarang semua maskapai yang berbasis di Nepal terbang di wilayah udaranya pada tahun 2013, dengan alasan masalah keamanan.
Selama 30 tahun terakhir, telah terjadi 27 kecelakaan pesawat yang fatal di Nepal, lapor Indian Express, mengutip database Aviation Safety. Lebih dari 20 di antaranya telah terjadi dalam dekade terakhir.
Kecelakaan paling mematikan di Nepal terjadi di Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu, yang berada 1.338 meter di atas permukaan laut. Medannya sulit di sini karena terletak di lembah sempit berbentuk oval yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi bergerigi, sehingga penerbangan kurang memiliki ruang untuk bermanuver.
Laporan tersebut menjelaskan, sebagian besar pilot setuju bahwa jalur pendaratan yang lebih curam dan sempit lebih tinggi di Himalaya. bahkan lebih sulit untuk dinavigasi.
Pesawat yang lebih kecil dengan mesin turboprop, seperti Twin Otter yang baru saja jatuh, dapat mendarat di sini, tetapi tidak untuk pesawat jet yang lebih besar. Menurut laporan tersebut, pesawat yang lebih kecil ini lebih rentan terhadap kondisi cuaca yang kuat di Nepal.
Sebagian besar kecelakaan penerbangan di Nepal antara tahun 1952-2022 disebabkan oleh pesawat yang terbang ke pegunungan yang tersembunyi di awan, yang dikenal sebagai Controlled Flight into Terrain (CFIT) dengan korban jiwa mencapai 92%.
Menurut sebuah laporan oleh Financial Express, Kecelakaan udara di Nepal sebagian besar disebabkan oleh medan pegunungan yang terjal di negara itu, kurangnya investasi untuk pesawat dan infrastruktur baru, dan peraturan yang lemah.
Selain itu, landasan terbang terletak di daerah pegunungan, di tengah kondisi cuaca yang dikenal dengan perubahan mendadaknya. Uni Eropa melarang semua maskapai yang berbasis di Nepal terbang di wilayah udaranya pada tahun 2013, dengan alasan masalah keamanan.
Selama 30 tahun terakhir, telah terjadi 27 kecelakaan pesawat yang fatal di Nepal, lapor Indian Express, mengutip database Aviation Safety. Lebih dari 20 di antaranya telah terjadi dalam dekade terakhir.
Kecelakaan paling mematikan di Nepal terjadi di Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu, yang berada 1.338 meter di atas permukaan laut. Medannya sulit di sini karena terletak di lembah sempit berbentuk oval yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi bergerigi, sehingga penerbangan kurang memiliki ruang untuk bermanuver.
Laporan tersebut menjelaskan, sebagian besar pilot setuju bahwa jalur pendaratan yang lebih curam dan sempit lebih tinggi di Himalaya. bahkan lebih sulit untuk dinavigasi.
Pesawat yang lebih kecil dengan mesin turboprop, seperti Twin Otter yang baru saja jatuh, dapat mendarat di sini, tetapi tidak untuk pesawat jet yang lebih besar. Menurut laporan tersebut, pesawat yang lebih kecil ini lebih rentan terhadap kondisi cuaca yang kuat di Nepal.