Balas Kartun yang Menghina Khamenei, Massa Iran Bakar Bendera Prancis

Senin, 09 Januari 2023 - 14:45 WIB
loading...
Balas Kartun yang Menghina...
Massa garis keras pendukung pemerintah Iran membakar bendera nasional Prancis sebagai pembalasan atas kartun majalah Charlie Hebdo yang menghina Ayatollah Ali Khamenei. Foto/Atta Kenare/AFP/via Time News
A A A
TEHERAN - Massa garis keras Iran pada hari Minggu membakar bendera nasional Prancis di luar kedutaan besarnya di Teheran.

Itu sebagai reaksi pembalasan atas kartun dari oleh majalah Charlie Hebdo yang menghina Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Kartun majalah yang berbasis di Paris itu sejatinya bermaksud menyuarkan tuntutan protes anti-pemerintah yang melanda Iran--yakni menyerukan jatuhnya pemerintah Republik Islam dan menentang pendirian garis kerasnya.

Demonstrasi di luar Kedutaan Prancis mengikuti seruan penguasa Iran untuk memobilisasi pendukung mereka dalam kontra-demonstrasi anti-pemerintah.



Ratusan pengunjuk rasa termasuk pelajar dari sekolah seminari meneriakkan "Matilah Prancis" dan menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron menghina Iran sambil mendesak Paris untuk menghentikan "permusuhan" terhadap Teheran.

Polisi, beberapa di antaranya tampak memegang gambar Khamenei, menjaga jarak para demonstran dari gedung kedutaan.

Para pendukung pemimpin Iran biasanya mengarahkan protes dan pembakaran bendera terhadap AS dan Israel. Namun aksi menargetkan bendera nasional tiga warna Prancis jarang terjadi.

Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan beberapa ulama mengadakan protes serupa di kota suci Qom, pusat pembelajaran agama di Iran.

Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf pada hari Minggu mengaitkan kartun majalah Prancis itu dengan apa yang telah berulang kali dituduh oleh para pejabat sebagai rencana Barat untuk menyebarkan "kerusuhan" di Iran.

Presiden Ebrahim Raisi menggemakan klaim serupa. “Menggunakan penghinaan dengan dalih kebebasan adalah indikasi yang jelas dari rasa frustrasi mereka dalam menyelesaikan rencana untuk kekacauan dan ketidakamanan di Iran," katanya, seperti dikutip dari Politico, Senin (9/1/2023).

Protes anti-pemerintah meletus di seluruh Iran sejak September 2022 setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi-Iran berusia 22 tahun yang ditangkap polisi moral di Teheran atas tuduhan melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat.

Kerusuhan telah berkembang menjadi salah satu tantangan terberat bagi Republik Islam Iran sejak revolusi 1979 yang membawanya ke tampuk kekuasaan.

Beberapa kelompok hak asasi manusia (HAM) melaporkan setidaknya 517 pengunjuk rasa telah tewas dan lebih dari 19.200 orang telah ditangkap di tengah tindakan kekerasan oleh pasukan keamanan Iran.

Pihak berwenang Iran belum memberikan hitungan resmi tentang mereka yang terbunuh atau ditahan.

Pada hari Sabtu, pihak berwenang Iran mengeksekusi gantung dua pria yang dijatuhi hukuman mati karena diduga membunuh seorang sukarelawan paramiliter dalam demonstrasi anti-pemerintah.

Hingga kini sudah empat orang dieksekusi gantung sejak kerusuhan dimulai pada bulan September atas kematian Mahsa Amini. Semua hukuman mati dijatuhkan dalam persidangan cepat dan tertutup yang mendapat kecaman internasional.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0737 seconds (0.1#10.140)