Kiev: Serdadu Rusia Lecehkan Tahanan Wanita dan Anak Perempuan Ukraina
loading...
A
A
A
Komisi Hak Asasi Manusia PBB dalam laporannya bahkan menemukan korban pelecehan seksual oleh serdadu Rusia menyasar pada nenek yang berusia lebih dari 80 tahun hingga gadis berusia 4 tahun. Serdadu Rusia bahkan secara keji memaksa keluarga korban menyaksikan pelecehan tersebut.
Mengutip temuan Kejaksaan Agung Ukraina, Dubes Vasyl menuturkan hingga saat ini terdapat 154 kasus kekerasan seksual yang dilakukan serdadu Rusia, yang dipercaya angka sebenarnya jauh lebih banyak karena belum dilaporkan dan diverifikasi.
Dia menuturkan, di satu desa tak jauh dari tempatnya tinggal di wilayah Kiev, psikolog pemerintah menemukan satu dari sembilan wanita mengalami kekerasan seksual. Ratusan orang menderita kekerasan seksual dan penyiksaan di tahanan Rusia.
Para penyintas pelecehan seksual tersebut sedikit yang mau berbicara di depan umum. Mereka takut akan pembalasan dari pasukan Rusia. Namun ketakutan terbesar mereka adalah stigma dan penilaian dari tetangga dan kenalan yang umumnya adalah masyarakat religius konservatif.
Selain itu, menurut Dubes Vasyl, ada juga ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pihak berwenang dalam sistem pasca-Soviet yang jarang berfokus pada kebutuhan korban dan malah sering menyalahkan mereka.
Meski demikian, perlahan berkat kesungguhan pemerintah Ukraina, beberapa tempat penampungan wanita di negara itu mulai menerima korban perang.
Organisasi bantuan seperti Women for Women International dan Andreev Foundation menyediakan klinik ginekologi keliling dan sesi konseling. Lebih dari 800 perempuan dan anak perempuan telah didampingi secara mental dan fisik sejak invasi Rusia.
Kisah kekejaman Rusia semakin kelam setelah Pemerintah Ukraina menemukan salah satu pusat penyiksaan paling berdarah di Kherson, yang dibuat oleh Rusia selama pendudukan kota. Menurut saksi mata, puluhan orang ditahan termasuk perempuan dan anak-anak.
Instrumen penyiksaan keji yang digunakan oleh Rusia adalah masker gas yang menghasilkan efek mencekik, serta pemanggang listrik yang menyebabkan luka bakar parah. Bukti kekejaman itu adalah ditemukannya 31 mayat yang dikubur di dekat ruang penyiksaan tersebut.
Mengutip temuan Kejaksaan Agung Ukraina, Dubes Vasyl menuturkan hingga saat ini terdapat 154 kasus kekerasan seksual yang dilakukan serdadu Rusia, yang dipercaya angka sebenarnya jauh lebih banyak karena belum dilaporkan dan diverifikasi.
Dia menuturkan, di satu desa tak jauh dari tempatnya tinggal di wilayah Kiev, psikolog pemerintah menemukan satu dari sembilan wanita mengalami kekerasan seksual. Ratusan orang menderita kekerasan seksual dan penyiksaan di tahanan Rusia.
Para penyintas pelecehan seksual tersebut sedikit yang mau berbicara di depan umum. Mereka takut akan pembalasan dari pasukan Rusia. Namun ketakutan terbesar mereka adalah stigma dan penilaian dari tetangga dan kenalan yang umumnya adalah masyarakat religius konservatif.
Selain itu, menurut Dubes Vasyl, ada juga ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pihak berwenang dalam sistem pasca-Soviet yang jarang berfokus pada kebutuhan korban dan malah sering menyalahkan mereka.
Meski demikian, perlahan berkat kesungguhan pemerintah Ukraina, beberapa tempat penampungan wanita di negara itu mulai menerima korban perang.
Organisasi bantuan seperti Women for Women International dan Andreev Foundation menyediakan klinik ginekologi keliling dan sesi konseling. Lebih dari 800 perempuan dan anak perempuan telah didampingi secara mental dan fisik sejak invasi Rusia.
Kisah kekejaman Rusia semakin kelam setelah Pemerintah Ukraina menemukan salah satu pusat penyiksaan paling berdarah di Kherson, yang dibuat oleh Rusia selama pendudukan kota. Menurut saksi mata, puluhan orang ditahan termasuk perempuan dan anak-anak.
Instrumen penyiksaan keji yang digunakan oleh Rusia adalah masker gas yang menghasilkan efek mencekik, serta pemanggang listrik yang menyebabkan luka bakar parah. Bukti kekejaman itu adalah ditemukannya 31 mayat yang dikubur di dekat ruang penyiksaan tersebut.
(min)